Makan malam masih berjalan dengan baik. Semakin malam ia masih bisa melihat keramaian kota, meskipun begitu tempat ini sangat teratur.
Lalu lintas yang tidak pernah macet menjadi idaman untuk negara lain.
"Jadi apa kau punya usaha Club malam?"
"Tidak"
Jawab Evans dengan wajah heran. Itu penolakan yang nyata."Casino? Seberapa sering kau datang ke Club"
"Kau pasti berpikir kalau aku seorang bastard"
Dengan mudah Evans membaca pikiran Arin."Well, aku akan jujur soal itu. Karena pada kenyataannya aku memang berpikir begitu"
Wanita yang pemberani, ia tak malu mengakui hal yang sebenarnya tidak sopan. Tapi itu perlu di acungi jempol."Kau kaya, kau punya kekuatan. Kenapa tak mencari gadis yatim piatu miskin dan memaksanya menikahi mu saja? Kau bisa mengendalikannya dengan mudah bukan?"
Itu ide yang bagus dari Arin. Kebanyakan cerita di novel seperti itu bukan. Kini masuk akal mengapa para pria kaya mencari wanita yang lemah.
Karena mereka mudah dikendalikan."Huh, lalu apa yang akan ku dapatkan? Arin cinta tidak lah cukup"
Pria bodoh mana yang mau melakukannya ketika mereka memiliki banyak uang. Jikalau pun ada, Evans sama sekali bukan golongan mereka."Benar, kau tidak mencintai ku kan. Jadi aku pikir perihal ini tak perlu di terus di bahas"
"Aku tidak pernah berkata aku mencintaimu, dan jika hanya cinta yang kau inginkan, aku bisa memberikan sebanyak yang kau mau. Kau harus membiarkan aku membuat mu merasa nyaman dengan ku. Maka kau akan mengerti mengapa aku sangat menginginkan mu, ini bukan hanya tentang sekedar cinta"
Arin menghela nafas, ia melihat menara Eiffel yang masih memancarkan pesona indahnya. Kesungguhan pada ucapan Evans berhasil mengetuk hatinya tapi Arin enggan membuka pintu tersebut.
"Padahal kau dulu pernah punya orang yang kau cintai"
Sindir Arin."Kita tahu kalau masa lalu bisa mengubah orang, itu bukan pacuan yang bagus untuk memulai sebuah hubungan"
Satu sama untuk mereka berdua.
Evans memeriksa jam, ini sudah malam. Ia kemudian berdiri.
"Aku harus mengantarkan mu pulang ke hotel, aku yakin kau tak mau Miss Gerbera curiga padamu, meskipun aku ingin lebih lama bersama mu"Arin menatap Evans, tepat di bola matanya mencari kesungguhan pada ucapanya.
Dan yang Arin temukan hanyalah sebuah ketulusan.Keputusan yang baik. Arin ikut berdiri dan mereka mulai berjalan menuju ke hotel.
Tak perlu waktu lama untuk sampai. Evans hanya mengantarkan dirinya sampai di depan lobi dan ia pikir itu sudah sangat cukup.
"Selamat malam Arin"
Katanya menatap Arin dengan tatapan yang teduh.
Evans selalu berharap bisa meraih tangan Arin dan mencium punggung tangannya dengan lembut. Akan tetapi Arin adalah wanita yang selalu menjaga dirinya sendiri dengan amat ketat sehingga tak membiarkan orang menyentuhnya sembarang.Evans akan menahan itu semua sampai mendapatkan Arin nanti.
"Selamat malam"
Arin membalasnya dengan tatapan yang sedikit bertanya, apakah ini berarti mereka harus berpisah.Arin kemudian berjalan menuju lift.
Dan ketika berbalik di dalam lift ia mendapati Evans masih berdiri di luar kaca lobi sambil memperhatikannya.Itu tugas Evans, ia harus memastikan Arin hilang dari pandangannya dengan keadaan baik dan utuh.
Baru setelahnya ia pergi.
Jika di pikirkan lagi cerita mereka memang rumit. Arin punya alasan untuk menjauh, sedangkan Evans tak perduli pada keputusan Arin hingga terus memaksanya untuk menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
On Business 21+ [ Arin & Evans ]
RomanceAdult (21+)🔥🔥🔥 Warning not for minors Pernikahan karena bisnis apakah dia juga harus menahan gairah? Sesuatu yang terdengar seperti hasrat dan penuh cinta. Evans le Guillox adalah pemenang hati yang sesungguhnya.