asumsi

716 86 2
                                    

"Sanji!!"

teriak Yonji membangunkan sanji. tapi sanji tidak bangun dari tidurnya. Yonji pun memperhatikan kakanya itu, sanji masih bernafas. Dia baik-baik saja hanya tertidur.

Yonjipun memindahkan sanji kekasur dan mereka tidur bersama.

.
.

Pagi ini ada yang sedikit berbeda dari rutinitasnya, hari ini ia tidak memasak atau membangunkan semua orang. Semua sudah dikerjakan oleh bibi atas suruhan niji.

Kalau ada yang tanya kenapa sanji harus mengerjakan PR(pekerjaan rumah), itu karna papanya. Judge sering memberikan tugas dan memaksakan kehendaknya yang seharusnya tidak sanji kerjakan atau ikuti. Dia mengalami diskriminasi.

Dulu judge memperlakukan sanji sama seperti anaknya yang lain. Tapi semua berubah sejak sora meninggal. Menyebabkan sikap dan perilaku yang lain mengikuti judge. Semua anggota keluarga penasaran tapi tidak ada yang berani bertanya pada judge.

Tapi satu yang mereka tau, kunci meninggalnya sora ada pada sanji, tapi ingatannya hilang. Semua marah dan sedih akan fakta itu. Mereka tau beratnya sanji menanggung itu. Tapi mereka kesal, mereka ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. Sudah 13 tahun sejak kejadian itu dan sanji masih sama, tidak bisa memberikan informasi apapun.

Mendengar kata ibu saja bisa membuatnya sesak. Menyebut nama sora saja bisa membuat sanji ke trigger. Semua hal tentang 'ibu' dan 'sora' bisa membuat sanji kewalahan.

Hal itu yang terpikir oleh saudara-saudara sanji mengapa judge mendiskriminasinya. Entahlah.. Mereka ingin bersikap biasa tapi mereka mengerti perasaan papanya fakta bahwa sanji menjadi kunci tapi tidak bisa membuka gemboknya membuat mereka juga memiliki perasaan benci pada sanji.

Bisa dibilang karna hal ini, tentu saja sanji juga dianggap beban. Ia kelemahan dalam keluarga ini.

.
.

Sanji tau fakta ia sakit tapi ia tidak mengerti bagian darinya mana yang sakit. Kepalanya sering pusing, fisiknya yang lemah, nafasnya acak kali terasa berat, dadanya sakit dan matanya sering menangis.

Tapi apa yang dia rasakan, kenapa ia menangis?
Kenapa perasaannya begitu berat?
apa penyebabnya?
Kenapa tubuhnya sampai bereaksi seperti itu?

Sanji tidak benar-benar tau jawabannya.

Yang Sanji tau, karna hal itulah ia dibenci dan diperlakukan seperti ini oleh keluarganya. Sanji tidak mau tau. Sanji hanya ingin hidup normal. Dia tidak keberatan melakukan apapun, dianggap beban pun tidak apa-apa karna itu kebenaran baginya.

Ia tidak mau keluarganya menjauh. Selama ia masih dianggap dan berada dalam keluarga sudah lebih dari cukup.

Apa yang ia rasakan?
Apa yang ia inginkan?

Itu semua tidak penting, sanji hanya tidak mau kehilangan. Tidak! Tidak mau! Tidak mau lagi... Lagi(?)

.
.

"Aghhhhhh.. Huh huh huh" Sanji terbangun dari tidurnya secara tiba-tiba dan nafasnya terengah-engah. Ia duduk mendapati yonji ada diselahnya. Yonji memindahkanku? Aku ingat tertidur dimeja belajarnya Ba.. Bagaimana? Fisiknya benar-benar diluar nalar. Pikir sanji

Nafasnya yang seperti orang habis lari maraton itu mulai stabil. Dahinya berkeringat. Ini hal biasa yang selalu dilaluinya tapi ia masih tidak paham kenapa. Ia hanya bersyukur tidak membangunkan adiknya itu.

Ia turun kebawah dan ia dapati pekerjaannya sedang dikerjakan bibi.

"BI.. Bibi kenapa bibi melakukannya, sini biar sanji saja bi"

"Tidak tuan tenang saja ini perintah dari tuan niji.. Tidak usah khawatir tuan judge juga tau." Sanji hanya diam
"Anda jangan mematung dan bingung seperti itu ayo anda bersiap. Tuan ichiji berpesan anda harus segera siap untuk meeting hari ini"

"Emmm baik bi, iyah aku akan bersiap" Sanji sedikit bingung takut ia melakukan kesalahan. Se, semoga ini benar tidak apa-apa.

.
.

Sanji sudah dimeja makan untuk sarapan. Masih sendirian karna yang lain belum turun. ia was-was.
Apa benar tidak apa-apa? Bukan aku yang menyiapkan sarapan?
A, aku tidak akan dimarahin kan?
Kemarin pasti terjadi hal aneh!
Apa yang terjadi kemarin aku tidak bisa ingat
Kenapa, ba.. Bagaimana kalau...

Pikirannya terus berkecamuk sampe ia tidak sadar kalo semua orang sudah dimeja makan. Niji sebagai dokter tau apa yang sedang adiknya alami itu.

"Sanji!" Ucap ichiji sambil memegang pundaknya. Ia tidak akan dengar dalam keadaan itu kecuali seseorang menyentuhnya.

"Ahh kaka(sanji terkejut) eh em semua sudah disini? " Ia menggaruk pipinya yang tidak gatal dan bergumam lirih "sejak kapan? Aku tidak sadar"

"Ayo mulai sarapannya cepat! kau tau hari ini kita akan bertemu tuan charolatte. Ini proyek penting kau jangan menghambatku" ucap ichiji sambil duduk bersiap sarapan.

Sanji melihat sekeliling, melihat wajah papanya. Tangannya ragu mengambil makanan.

"Makan sanji kau tidak perlu khawatir, makanannya tidak seenak kau tapi kami tetap akan sarapan" Ucap niji

"Iyah ka baik" Sanji sedikit merasa lega dan ia senang juga mengetahui, kalo menurut kakanya itu masakannya lebih enak dari bibi.

Ia tidak bisa menyembunyikannya rasa senangnya. Sehingga terlihat jelas sikap sebelum dan sesudah niji berkata seperti itu.

"Kau senang hanya karna dia mengatakan itu? Dih!" Senggol yonji. Lalu sanji cemberut pada adiknya itu.

"Yonji, kenapa kau bilang begitu" Rengek sanji pelan

Sanji sangat menggemaskan dimata sodara-sodaranya saat ini dan ingin lebih menggodanya. Tapi mereka tahan karna ada judge disana.

.
.

Bersambung

Maaf belom ada tanda tanda zoro 🤣

Ada yang bisa nebak siapa yang nelphone judge tengah malem??

Maaf aku tuh buat judul aja udh bingung, ini judul bab lagi nambah nambah.. Kalo aga ga nyambung gomen ya

Jangan sungkan kritik dan saran yah ily💙

Semoga kalian suka dan enjoy

https://trakteer.id/@jusmine91

Object (Zosan) - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang