Zoro kembali ke resort menuju kamarnya dimana sanji berada.
Tanpa mengetuk ia masuk. Berjalan dan mendekat, sanji disana duduk sendirian ditempat tidurnya menatap jendela menikmati memandangan langit berwarna jingga.
"Bagaimana keadaanmu?" Suara berat khas Zoro membuyarkan sanji, ia tidak ingin repot menoleh.
Sanji mengaitkan telapak tangannya menahan rasa gugup dan kesal secara bersamaan.
Zoro duduk dikasur membelakangi sanji, seakan tidak terganggu sanji tetap dalam posisinya tidak ingin melihat zoro.
"Kita akan pulang besok, aku akan meminta pelayan membereskan barangmu dan barangku"
Tak ada jawaban dari sanji.
"Apa kau sudah minum obat?" Tanya Zoro menoleh pada istrinya tapi posisi sanji masih sama tak ada yang berubah sama sekali. Sanji terus mengabaikannya.
Zoro memutar wajah sanji menghadap padanya, tapi safir itu menolak memberikan kontak mata.
"Sigh~" Zoro menghembus nafas pasrah.
Ada yang lain dari wajahnya itu yang zoro sadari, ia mengelus kelopak mata sanji dengan jarinya.
"Apa kau baru saja menangis? Disini merah dan bengkak"
Zoro mendekatkan wajahnya. "Kenapa kau menangis?" Saking deketnya sanji bisa merasakan hembusan nafas zoro. Kilas balik saat Zoro menindih dan membentaknya muncul. Amarah dan rasa kesal tak tertahan keluar. Sanji mendorong Zoro menjauh dari wajahnya.
"Pergi.. PERGI!!" Akhirnya safir itu menatap Zoro penuh amarah juga rasa takut yang bercampur. Jika ada hari terburuk dimana ingin ia lupakan tentu adalah hari itu. Tangan itu gemetar dengan amarah dan ketakutan. Deru nafas sanji tak stabil
Zoro melirik, menyadari gemetar itu.
Plak!!!! "Apa yang kau lihat?" Sanji menampar Zoro, sebagai bagian dari pertahanannya yang tak ingin terlihat lemah.
Zoro terkejut, menatap dingin sanji.
"Apa? Kau mau menyiksaku lagi? Kau mau menjamah ku lagi?"
"Aku tidak akan lakukan itu" Ucap Zoro
"Kau pikir aku percaya? Lakukan lakukan sekarang, jangan mempermainkan ku.. Kau mau menikmati ku kan HAH!!! BUKAN KAH AKU OBJEKMU?! AYO LAKUKAN"
Sanji tiba-tiba berhenti, dia memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya meringis merasakan sakit dari tubuhnya. Dia mulai gelisah dengan deru nafas yang menggebu karna amarahnya. Keringat mulai bercucuran karna rasa sakit dari tubuhnya.
"sanji, tubuhmu belum sembuh jangan terlalu memaksakannya"
"Heh kau peduli pada tubuhku??! Kau pikir ini karna siapa?" Sanji berkata dengan susah payah sambil menahan sakit
Tok tok tok...
Pelayan masuk mengantarkan makanan dan obat sanji.
"Kau boleh marah, aku akan menerimanya kali ini.. Tapi sembuhlah dulu"
Zoro mengambil makanan itu menyodorkan sendok menyuapi sanji, tapi sanji menoleh cepat ia menolak makanan yang diberi.
Zoro tau dan sadar akan kesalahannya, tapi egonya menolak untuk meminta maaf. Rasa bersalah yang tersisa membuat nya menahan perlakuan sanji.
"Bukankah zeff mengajarimu untuk tidak menolak makanan yang diberikan padamu?"
Sanji terkejut dia reflek menatap Zoro. Bagaimana ia tahu akan hal itu?
"Kau lupa?" Zoro tersenyum menang sambil menyodorkan sendok pada sanji.
Kesal, merasa kalah sanji mengalihkan matanya tidak menatap zoro. Dengan malu ia membuka mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Object (Zosan) - End
FanfictionSanji mengidap amnesia disosiatif sejak ibunya meninggal. hidupnya tidak sama lagi dan menjadi beban orang disekitarnya (pikirnya) Apa yang sebenernya terjadi? Apa kaitannya amnesia sanji dengan kematian ibunya. Lalu zoro? Kenapa dia begitu mengin...