Pengeboman

233 42 18
                                    

Chopper hanya memandang catatan medis dari niji.

.
.

"Ouh om kau pulang" Ucap yonji sambil mengucek matanya, ia terbangun akibat zoro mengetuk pintu kamarnya.

"Aku akan membawanya ke kamarku" Ucap dingin zoro

"Yah masuk saja"

"Yonji ada siapa" Rengkuh sanji yang juga bangun, dia duduk sambil mengucek matanya. Saat dengan jelas melihat sosok suaminya sanji mengangkat kedua tangannya seperti seseorang yang meminta gendongan. "Zoro hehe" Dia terkekeh setengah melindur.

Kilas balik ingatan Zoro kembali saat dia merawat sanji kecil. Tanpa sadar wajahnya tersenyum geli.

Zoro masuk dan membawa istrinya itu dalam gendongnya. Mengangguk pamit pada adik iparnya.

"Zoro dari mana saja" Sanji masih mengantuk dan enggan membuka matanya. Dengan suara parau dia tetap bertanya pada suaminya itu.

"Aku bekerja" Datar Zoro menjawab.

"Apa aku berat?"

"Yah"

Sanji membuka matanya dan menatap wajah suaminya. Tangannya memegang baju Zoro. "Baguslah kau jadi kesusahan, lagi pula ini gara-gara kau"

"Huaaa" Zoro merubah posisi gendongannya membawa sanji apa karung.

"Akhh Zoro jangan, perutku sakit" Mendengar hal itu membuatnya panik.

.
.

Sanji dikasur, sedikit meringis menahan sakit.

"Kau menyebalkan" Ketus sanji.

Zoro masih tidak bicara, tapi tangannya tidak diam. Sekarang dia sedang membuka baju sanji untuk mengompres perutnya.

Sanji menjadi murung juga dia bingung, inginnya dia tidur kembali saja tapi itu sudah mustahil.

"Ha-hari-hari itu aku merasa frustasi, jadi saat nami menawariku untuk pergi ketempat yang kumau. Aku lari menemui ka niji." Zoro melirik sekilas pada sanji yang sedang berbicara tapi tidak berani menatapnya.

"Hanya ka niji yang aku pikirkan yang bisa ku mintai tolong. Aku ingin meminta uang dan lari kerumah ke rumah paman zeff. Bersembunyi disana dan tidak jadi menikah." Sanji berbicara perlahan lalu mellihat Zoro untuk mengetahui bagaimana tanggapannya.

.
.

Lampu kamar sudah padam dan Zoro tidur dengan posisi memunggungi sanji.

Sanji merasakan kekosongan dan hatinya sakit. Ada apa dengannya? Dan dia dilanda kebingungan harus bagaimana dengan zoro.

.
.

Malam semakin sunyi, sanji masih begulat dengan pikirannya. Obat yang biasanya membuatnya mengantuk bahkan tidak bisa membuatnya tenang untuk sekedar tidur. Bisa ia rasakan nafas teratur dari Zoro. Yah suaminya sudah jauh ke alam mimpi. Meninggalkan nya dengan menunjukkan punggungnya.

Sanji menatap punggung besar itu. "Hiks" Sanji menutup mulutnya takut Zoro mendengar dan terbangun. Ada apa dengannya kenapa ia menangis. "Zoro" Lirih nya pelan. Bisa dipastikan kalau Zoro sudah tertidur pulas.

"Kenapa hanya aku yang menderita dan merasa bersalah,, heu hiks aku juga punya keinginan,, aku ingin tinggal bersama ayah, membantunya dan belajar darinya diresto.. Tentu itu tidak mungkin, hiks.. ka niji benar, harusnya dulu aku melawan papah tapi sekarang apa pentingnya? Hari itu dan dihari pernikahan.. aku tidak lagi berpikir untuk tinggal dengan ayah atau menjadi koki. Dia mengharapkanku bahagia denganmu.. Sekarang hiks" Sanji menahan tangisnya.

Object (Zosan) - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang