Brace up!
5. Aku Mau Tom!
Masuk ke salah satu sel bawah tanah, Tom sudah berharap mati saja, saat Cruel merantainya di sebuah cincin di tengah sel. Ia harus memekik saat tangannya ditarik ke atas, seiring rantai di kedua pergelangan tangannya ditarik ke bawah.
Tom menggigit bibirnya dengan seluruh tubuhnya ditarik ke atas hingga kedua kakinya meninggalkan lantai. Berat tubuhnya kini tertumpu pada kedua lengannya. Itu pun belum cukup, saat Cruel juga merantai kedua kakinya pada rantai yang tertanam di lantai sel. Ini akan menahan tubuhnya berayun jauh saat cambukan diberikan.
Cruel kemudian menyobek dan melucuti kemeja Tom, meninggalkan tubuh karut-marutnya.
Bulu kuduk Tom meremang dengan dinginnya suhu di dalam sel dan ketakutan yang sudah menyiksanya. Ini bahkan belum dimulai.
Ia tahu hukuman kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Tuan Besar akan menghukumnya berat, mungkin lebih berat dari yang satu itu. Tom tak berani membayangkannya, namun yang sudah pasti terbayang adalah rasa sakit yang luar biasa.
Tom berusaha untuk menyiapkan diri dan bersikap tenang, meski sulit. Ia kembali gemetar saat merasakan Cruel mendekatinya dengan membawa cambuk kesayangannya. Dia siap dengan tugasnya.
Tom mengucapkan doa singkat sebelum melonjak dengan cambukan pertamanya. Pertama dari 30 cambukan. Rasa sakit bertambah saat tubuhnya tertahan berayun pada rantai di kaki dan menambah tekanan kuat pada kedua lengannya yang menumpu seluruh tubuhnya. Tom memejamkan mata sekuat tenaga menahan rasa sakitnya.
Cambukan melayang tanpa henti di punggungnya. Semakin cepat dan dalam, di setiap cambukannya. Cruel melampiaskan kepuasannya dalam melaksanakan tugasnya.
Tom mengerahkan upayanya untuk tetap tenang dan tidak banyak berteriak. Ia menolak untuk menambah rasa puas Cruel dengan melihat dirinya kesakitan. Lagipula, ia harus menyimpannya untuk sesi bersama Tuan Besar nanti. Ia yakin, Tuan Warwood akan menghukumnya lebih berat dibandingkan ini.
Saat seperti tak berkesudahan, cambukan berhenti seketika. Cruel menurunkan cambuknya dan memandangi budak berkulit putih di hadapannya. Tubuh lunglai berkeringatnya, tergantung di rantai, sedikit berayun dengan punggung yang sudah dipenuhi darah. Luka terbuka baru di sana-sini. Kau bahkan bisa melihat daging dan tulang di antara darah merah, bercampur keringat itu.
Tom berjuang mencari udara dari hidung untuknya bernapas, saat paru-parunya terasa sesak dengan upaya pengerahan menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Pandangannya menjadi kabur dan kesadaran menghantuinya. Ia yakin jika ia membuka mulutnya, ia akan muntah.
Tak lama selepas Cruel menyelesaikan tugasnya, langkah berat dengan aura berbeda, memasuki sel. Tom tahu, Tuan Warwood telah datang. Tom berharap Tuan Besar akan menembaknya mati, hingga tak perlu merasakan rasa sakit yang akan ia rasakan sesaat lagi. Ia tak ingin membayangkan hukuman apa yang akan diberikan Tuan Warwood.
Bulu kuduk Tom semakin meremang dengan dinginnya suhu sel dan rasa takutnya. Kepalanya tertunduk lelah kesakitan dengan punggung penuh darah. Ia semakin tak dapat mengendalikan ketakutannya saat merasakan Tuan Warwood mendekat.
Kepala Tom tetap tertunduk tak ada tenaga, pantang memandang mata Tuan. Hingga tiba-tiba rambut Tom dijenggut ke atas, dan dipaksa berhadapan mata dengan Tuan Besar.
Jonathan menatap tajam Tom. Sesungguhnya sangat berat menatap sepasang mata indah itu. Mata tersebut mengingatkannya pada sesuatu, dan itu sakit sekali. Kenyataan inilah yang membuat kebenciannya kembali memuncak.
Kepala Tom terlempar ke kanan dan kiri dengan kencang, saat Tuan Warwood menamparnya dua kali dengan keras. Darah menetes di ujung bibir Tom.
"TIDAK BERGUNA!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Historical FictionTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...