Okey, mari kita lanjutkan kembali .... :)
Enjoy, and hope you like it :)
31. Kamar Itu
Tom terbangun seketika dengan perasaan aneh. Ia merasakan hangat, empuk dan lembut mengalasi tubuhnya. Ia melihat sekelilingnya dan terkaget menyadari ia berada di kamar Terrence. Dan yang lebih mengagetkan, sosok Terrence tertidur lelap di sampingnya. Ia pucat seketika. Tidak boleh... tidak boleh tidur di sini, tidak boleh tidur di tempat tidur. Pastilah ia tertidur saat menemani Terrence semalam yang mengalami mimpi buruk. Ia menemani dan menenangkan Terrence di sampingnya hingga Terrence kembali terlelap tidur. Tapi sepertinya ia juga tertidur. Seharusnya itu tidak boleh terjadi!
Sebelum Tom sempat bergerak untuk pindah ke lantai, seseorang menarik tubuhnya kasar dan melemparnya ke lantai, hingga kepalanya membentur dinding.
"Beraninya kau tidur dengan putraku!!??" Mata Tuan Warwood memancar penuh amarah, membuat tubuh Tom seketika bergetar ketakutan.
Sebelum ia berkedip, ia langsung merasakan pukulan tongkat aksesori berjalan Tuan Besar, ke tubuhnya. Tom mencoba melindungi wajahnya menggunakan lengannya, tapi pukulan tongkat itu menyusuri seluruh tubuhnya.
Tom menolak untuk berucap, menolak untuk meminta ampun, karena tidak akan ada guna. Tuan Besar tetap akan memukulnya. Tidak boleh ada budak yang tidur bersama Tuannya.
Kemudian ia merasakan sepatu besar Tuan menendang perutnya berkali-kali. Tom meringkuk kesakitan tak mampu melindungi tubuhnya. Ia menahan napas dengan kesakitan saat Tuan menginjak pipinya ke lantai dan menekannya kuat.
"Kau tidak boleh lagi, TIDAK BOLEH, tidur di tempat tidur! Juga tidak di atas jerami, tidak selama di rumahku! Ingat tempatmu, Tom..., di lantai! Itulah tempatmu, budak kotor!" desisnya di telinga Tom dengan semakin menekan kuat sepatu besarnya di pipi Tom.
Tom kesulitan bernapas, aroma lumpur dan kotoran kuda menempel kuat di hidungnya. Iapun merasakan tulang pipinya ada yang retak.
"Sekali lagi aku melihatmu tidur di tempat tidur, akan kugantung kau di tiang cambuk berhari-hari! Mengerti!?"
Tom mengangguk kesakitan.
Saat Tuan Warwood melepaskan kakinya dari pipi Tom, cetakan sol sepatu kotor besar itu menempel memenuhi pipi Tom.
"Sekarang bangun, layani tuan mudamu," perintahnya dengan sekali lagi menendang perut Tom.
Tom menggigit bibirnya untuk menahannya memekik kesakitan.
Sesat ia tak dapat bernapas dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tom terbatuk kesakitan sebelum mencoba untuk bangun dengan kesulitan bergerak. Dan di sana, matanya terkunci pada sepasang mata polos majikan kecilnya yang terbangun dan melihat semuanya dari ujung tempat tidur. Mata itu hanya memandangnya kaget, tak mengerti apa yang baru saja terjadi. Pastilah, keributan ini membangunkan sang Tuan Muda. Tapi kejadian ini mulai menjadi pemandangan biasa bagi bocah berusia 8 tahun itu.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Terrence dengan suara kecil ketakutan.
Tom memaksa untuk tersenyum, "Ya, Tuan, saya baik-baik saja." Dan menyeret tubuhnya menuju tuan muda ciliknya untuk mulai melayaninya.
"Selamat pagi, Tuan." Suara wanita hangat kembali menyentakkannya tersadar. Tom melihat sekelilingnya dan menyadari ia berada di tempat tidur Terrence dengan Terrence masih tertidur lelap di sampingnya.
"Ya Tuhan, jangan lagi...," ucapnya panik, dan langsung menarik tubuhnya turun dari tempat tidur. Tapi tangan hangat itu menghentikannya.
"Tom.., Tom...! Tidak apa-apa..., kau boleh tetap di situ...," Rossa menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Ficción históricaTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...