10. Mencoba Untuk Bertahan

212 39 8
                                    

Haluuu, alhamdulillah, bisa posting lagi..., hehehe. Maafkan menunggu lama..., semoga part bisa mengobati kerinduan Terrence dan Tom :)

So, enjoy, and hope you like it ... :)

10. Mencoba Untuk Bertahan.

Terrence bersandar di pohon, menarik napas dengan cepat dan terengah-engah. Dilihatnya sinar matahari sudah tepat di atas kepalanya. Ayahnya menginginkannya kembali ke rumah dalam sepuluh menit, namun ia masih harus berlari sejauh dua mil lagi untuk sampai ke sana. Ia juga ingat harus bersiap untuk kelas Sir Williams. Pelajaran lain yang harus ia hadapi.

Terrence telah berlari sejak pagi, setelah ayahnya menjadwalkan latihan hari ini mulai pukul 5 pagi. Kemarin ia sudah menjalankan latihan dengan berlari, push up dan sit up. Hari ini ia harus belari sebanyak 15 putaran mengelilingi hutan, 50 push up dan 150 sit up. Kakinya sudah sakit sekali, tapi ia harus menyelesaikannya. Ditariknya napas dalam-dalam, sebelum melanjutkan berlari.

"Akhirnya datang juga!!" geram Jonathan. Tangannya bersidekap di dada dengan bersandar di pohon, menunggu Terrence sampai.

Terrence lunglai di tanah, menarik napas dengan tersengal sengal. Kakinya terasa panas terbakar

"Bangun!" perintah ayahnya. "Bersiaplah untuk kelasmu. Dan besok kita akan memulai latihan bertarung." Dan meninggalkan Terrence masuk ke dalam rumah.

Terrence menarik napas putus asa. Ini akan menjadi satu bulan penuh latihan yang berat.

Ia mengerang dan memaksa untuk berdiri. Sesaat ia berdiri dan merasakan sekelilingnya berputar, dan beberapa kali terasa gelap. Ia bisa saja jatuh pingsan sekarang. Tapi untunglah tidak terjadi. Begitu pandangannya normal kembali, ia bergegas menyusul ayahnya masuk.

Setelah membersihkan diri dan sarapan, Terrence telah siap untuk kelas selanjutnya, dengan Sir Alex Williams.

Sejujurnya, Terrence tidak begitu bersemangat masuk ke kelasnya. Ia sangat gugup bertemu dengan Tutor lamanya, seakan ia sudah memerkirakan apa yang akan terjadi. Ia masih ingat, bagaimana tutornya tidak begitu senang dengan sikapnya pada pertemuan terakhir mereka, dua minggu yang lalu. Tidak diragukan lagi, Sir Alex akan memuaskan diri dengan memberinya hukuman. Tapi Terrence bersyukur tidak ada Tom sekarang, jadi temannya itu tidak harus menerima hukuman dari kesalahannya. Jika ada yang harus menerima hukumannya, ya, dirinya sendiri.

Terrence menyeret kakinya masuk ke Ruang Belajar, dan Sir Williams sudah menunggunya di sana.

Alex melihat muridnya itu masuk ke dalam kelas dengan kesulitan berjalan juga wajahnya yang pucat. Ia juga dapat melihat kedua kakinya tampak lunglai tak dapat digerakkan. Ia tahu Tuan Warwood menjadwalkan latihan berburu sebelumnya pada Terrence. Sudah menjadi rahasia umum sang tuan tanah tersebut terobsesi memburu makhluk supernatural yang dipercaya telah membunuh istrinya. Tapi mungkin itu bukan urusannya akan apa yang dilakukan duda kaya itu, atau bahkan melibatkan putranya untuk sama seperti dia. Dan ia sangat terkesan bagaimana Terrence tetap berusaha untuk siap dan bersedia mengikuti kelasnya.

"Selamat pagi, Tuan," Terrence menyapa sopan.

"Selamat pagi, Nak." Alex Williams menyadari Terrence datang seorang diri. "Bagaimana latihanmu pagi ini?"

"Baik..."

"Masih ada tenaga untuk melanjutkan kelas?"

"Masih, Tuan."

Alex tersenyum puas dengan jawabannya. Tapi yang lebih membuatnya puas, tidak ada lagi budak yang bersama Terrence. Ia tahu tugas budak itu.

"Di mana budakmu, Nak?" Pertanyaan itu lebih terdengar seperti ejekan daripada rasa ingin tahu.

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang