26. Konfrontasi

213 33 8
                                    

Mari kita lanjutkan ...

Enjoy, and hope you like it :)

26. Konfrontasi

Memasuki dapur, Jonathan cukup bersyukur dapur dalam keadaan kosong, hanya ada Tom yang sedang membuatkan susu coklat panas untuk Terrence. Ini sedikit membuat Jonathan menghela napas perih, Tom masih tetap melayani Terrence layaknya tuan mudanya.

"Tom...." Perlahan ia mendekati Tom, namun tetap membuat Tom terlonjak, terlebih dengan sosok yang mendekatinya.

"Tuan...." Tom berucap sopan dan kaku, dengan mata tertunduk, tidak berani membalas padangan mata.

Jonathan mengerang kecil, Tom masih memanggilnya Tuan, dan bukan Ayah.

Tom berusaha tidak terganggu dengan keberadaan Tuan Warwood di sana. Wajahnya tetap tertunduk dan mencoba tenang saat melewatinya untuk kembali ke kamar membawa secangkir coklat untuk Terrence.

Tapi sebuah tangan besar menghentikannya. "Tom, kumohon...."

Tom terpaku dengan sentuhan itu, dan mengirimkan getaran ketakutan ke seluruh tubuhnya. Tom bertahan untuk tidak jatuh lemas.

Jonathan membaca tubuh Tom yang mulai gemetar, dan langsung melepaskan tangannya. "Bisa kita bicara?" pintanya sopan.

Tom masih terpaku, tapi segera menyahut dengan cepat. "Maafkan saya, Tuan, tapi saya harus segera mengantarkan coklat ini untuk Terrence."

"Terrence bisa menunggu, Tom," sahut Jonathan. "Dan kau tak seharusnya melayaninya lagi. Dia bukan Tuanmu lagi, Tom, bukan budaknya lagi, jadi berhentilah melayaninya!" Ia terlepas juga emosinya. Tapi ia langsung menarik napas dan mengendalikannya. Ia tidak boleh membuat Tom takut dan menghindar darinya lagi.

Namun tetap membuat Tom terpaku pucat. Suara itu mengingatkannya saat di rumah Warwood. Ia semakin gemetar ketakutan.

Jonathan melihatnya, dan merutukinya. Ditariknya napas dalam-dalam putus asa, "Tom... kumohon..., janganlah takut padaku."

Tom masih diam terpaku.

Jonathan menghela napas, "Bisa kita duduk sebentar...? Kumohon...?" Ia meminta lagi, berupaya dengan sangat memohon.

Tom masih berdiri, namun akhirnya ia menurut dan duduk di kursi terdekat.

Jonathan menghela napas lega Tom mematuhinya, meski ia tahu Tom melakukannya karena rasa takut padanya. Jonathan mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, dan harus mencoba berbicara dengan Tom dengan hati-hati.

"Tom..." Panggilan pelan dan lembut, cukup membuat Tom kembali sedikit terlonjak kaget.

Jonathan hanya bisa memendam emosinya melihat reaksi Tom, dan menghela napas sebelum melanjutkannya.

"Tom..., aku tahu, sangat sulit untukmu setelah mengetahui apa yang terjadi padamu. Mengetahui siapa dirimu, dan juga mengapa kau menjalani kehidupan seperti itu... Aku memang jahat, menjadikanmu seorang budak dan membuatmu mengalami semua penderitaan itu..." Jonathan berhenti sesaat.

Tom menelan ludah mendengarnya. Perutnya bergemuruh dan terasa mual. Tuan Warwood mengungkit semua yang sedang ia coba lupakan dan abaikan. Tapi Tom menguatkan diri di hadapan Tuan Warwood. Tidak boleh menunjukkan kelemahan di hadapannya.

Sejak dulupun ia tidak boleh menunjukkannya. Tom harus kuat dan pasrah menerima semua perlakuan dan hukuman Tuan Warwood. Tidak boleh memekik kesakitan, terlebih menangis.

Jonathan masih memandangi Tom, menunggu reaksinya. Tapi tidak ada, Tom masih sekeras dan sekuat batu, menahan emosinya.

"Karena itu aku ingin tahu bagaimana perasaanmu. Kau tak membicarakannya. Tidakkah kau marah padaku, Nak? Apakah kau memaafkanku...? Aku mohon, Tom, biarlah aku mendengarnya..., mendengar semua kemarahanmu."

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang