4. Kucing Kecil Ketakutan

250 45 7
                                    

Mari kita lanjutkan :)

Enjoy, and hope you like it :)

4. Kucing Kecil Ketakutan

Selepas makan siang, Tom mengira Terrence akan melanjutkan dengan tidur siang. Tapi ternyata Terrence punya rencana lain.

"Kita harus latihan, Tom."

Tom terkatup dengan rencana Terrence yang tiba-tiba.

"Iya, Tom, aku harus melatih kemampuan menembakku. Besok Ayah mengharapkanku jauh lebih baik dari yang tadi pagi, jadi aku harus berlatih lagi. Lagipula, kamu sudah terluka pagi ini, aku tidak akan melukaimu lagi, besok. Karena sudah pasti, Ayah akan melakukan strategi yang sama untukku bisa menembak dengan benar. Memakai dirimu sebagai jaminan."

Tom masih terkatup. Ada perasaan lega, Terrence berpikiran sejauh itu.

"Aku butuh latihan sekarang, Tom," tekan Terrence.

"Bagus sekali, Tuan," Tom menyemangatinya.

"Ini untukmu, Tom. Aku melakukannya untukmu, bukan untuk Ayah."

Perasaan Tom mengembang bahagia. Ia harus tersenyum, "Terima kasih, Tuan."

Terrence hanya mengangguk. "Ayo."

Tom mengikuti Terrence ke dalam hutan, setelah mengambil semua peralatan berlatih untuk tuan mudanya.

Terrence menemukan tempat yang bagus di tengah hutan, dan mulai melatih dirinya.

Mengejutkan, Terrence berlatih dengan sangat baik. Dia mampu menembak seluruh sasaran dengan tepat. Tidak hanya mengejutkan bagi Tom, tapi bagi Terrence sendiri.

"Kau hebat, Tuan!" puji Tom menyemangati Terrence disertai tepuk tangan bangga.

Terrence harus tersenyum lebar dengan puasnya, "Kira-kira besok aku bisa menembak tepat sasaran juga, tidak ya?"

"Pasti bisa, Tuan. Kau akan membuat Tuan Besar bangga..."

Terrence tersenyum pahit. "Dia tidak pernah puas padaku Dia tidak pernah bangga akan diriku. Aku tidak pernah bagus di matanya."

Hati Tom terenyuh, "Itu tidak benar, Tuan, tentu saja beliau bangga padamu."

Terrence hanya tersenyum, "Kalau saja seperti itu, Tom." Ia masih tidak bersemangat.

Tom mengangguk, "Tentu saja, Tuan," dengan menekankan.

Terrence hanya memandang Tom.

Tom langsung menunduk untuk menghindari mata polos itu. Lancang, memandang langsung Tuan Muda.

Terrence menghela napas dan melanjutkan berlatih.

Hari hampir sore, saat Terrence memutuskan untuk menyelesaikan latihannya. Ia harus segera pulang, sebelum ayahnya pulang, atau Tom akan menerima akibatnya.

"Sudah cukup untuk hari ini, Tom. Semoga latihanku cukup untuk besok." Terrence berucap dengan tidak semangat.

Tom tersenyum, "Kau akan melakukan dengan baik besok, Tuan, jangan khawatir."

Terrence hanya tersenyum tipis.

"Aku hanya tidak ingin melukaimu, Tom." Suara Terrence hampir putus asa.

Tom terkatup, tidak pernah mengira Terrence akan sangat peduli padanya.

"Terima kasih, Tuan, tapi saya yakin kau akan baik-baik saja besok, kau tidak akan melukaiku." Tom tersenyum meyakinkan dan menenangkan tuannya.

Terrence tersenyum sedikit lega, "Terima kasih, Tom."

"Terima kasih kembali, Tuan." Tom kembali memberikan senyuman menenangkan. "Mari kita pulang, Tuan."

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang