Okay!! Tom akhirnya memutuskan pulang. Kita lihat apakah sebuah keputusan yang tepat?? :)
Let's continue ...
Enjoy, and hope you like it :)
41. Kembali Pulang
Perjalanan memakan waktu sedikit lebih lama dari yang diperkirakan. Sebenarnya jika pergi dalam jumlah banyak, sedikit menghambat kecepatan perjalanan. Tapi Tom menghargai kebaikan mereka yang bersedia menemaninya. Ia tidak akan memaksa untuk bisa berjalan cepat, terlebih ada Lilly bersama mereka. Ia hanya perlu bersabar dan berharap belum terlambat sampai di rumah.
Selama dalam perjalanan, pikiran Tom tak tenang. Membayangkan apa yang menjadi ketakutannya. Ia bahkan tidak berani mengutarakan ketakutannya itu. Ia berharap itu hanya ketakutannya, dan tidak sebenarnya terjadi.
**##**
Terrence tengah menemani ayahnya yang mengawasi pengumpulan hasil kapas perkebunan di lumbung belakang. Mereka sedang musim panen, dan para pekerja tengah menghitung hasil panen kali ini. Meski ia tahu, tidak akan pernah sebanyak tahun-tahun lalu.
Sesekali pemuda 17 tahun itu menyapu pandangannya ke tengah perkebunan. Terlihat semakin berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Ya... semua telah berubah.
Tiba-tiba sesuatu membuatnya menengok ke arah bukit di belakangnya. Ada sesuatu di sana. Sesuatu itu semakin mendekat dan mendekat. Sesaat ia tak percaya, dan tak bisa mengingkarinya. Perasaannya langsung membuncah bahagia. Akhirnya terjadi juga.
"Tom..." desisnya tersenyum lebar.
"Ayah, dia pulang!" seru Terrence dengan berbalik lalu berlari ke halaman depan untuk menyambutnya.
"Huh, siapa?" Jonathan menengok ke belakang. "Hey, Terrence!!??" Tapi anak itu sudah melesat, ia tidak bisa mengejarnya.
Terrence terus berlari dari halaman belakang ke depan menuju pintu gerbang. Ia menghentikan larinya dan menunggunya di gerbang masuk. Sosok itu mulai terlihat berlari di atas kudanya semakin mendekat.
Meski sempat terkaget dengan banyaknya jumlah mereka, ia sudah senang dengan sosok yang telah lama ia tunggu ada di sana.
*#*
Tom memacu kudanya menuju pintu gerbang itu. Sesaat hantu traumanya kembali mengintai. Ia tetap tak dapat mengingkarinya. Gerbang itu tampak sebagai gerbang neraka untuknya. Semakin dekat, semakin membuatnya sulit bernapas. Tapi saat melihat ada sosok di gerbang itu yang telah menunggunya, hantu itu sirna begitu saja.
Dari jauh, ia sudah dapat melihat siapa dia. Hanya ada satu yang akan menyambutnya, meski sempat terheran bagaimana anak itu bisa tahu dirinya akan pulang ? Senyumnya semakin lebar dengan tak sabar.
*#*
Terrence menunggu hingga kuda itu semakin mendekatinya dan akhirnya berhenti di dekatnya. Jantungnya berdebar keras, memastikan sosok itu adalah yang ia tunggu.
Sosok itu kini sudah berada tepat di hadapannya, memandangnya ragu untuk memastikan siapa dirinya. Tapi setelah yakin, ia tersenyum padanya dan turun dari kudanya.
Senyum Terrence semakin lebar, meyakini sosok itu.
"Hai, Terrence, aku pulang....," ucapnya pelan dengan tersenyum khasnya.
"Toom...!!" Terrence tak dapat menahannya lagi, serta ia merta langsung memeluk kakaknya erat. "Kau pulang, Tom!" desisnya penuh kebahagiaan di pelukan Tom.
Tom merasakan pelukan itu. Pelukan kerinduan sang adik kepadanya. "Yea, aku pulang." Ia harus sedikit berjinjit untuk memeluk tubuh ini.
Terasa helaan penuh kelegaan di punggung Tom. Ia pun merasakan hal yang sama. Ia begitu lega bisa kembali pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Historical FictionTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...