42. Pendaman Rasa

196 34 19
                                    

Lohaaa, here I am....

Baiklah..., mohon persiapkan emosi kalian, kawan-kawan readers yang budiman, karena, tidak hanya apa yang akan kalian baca nanti, jugaa...

bersiaplah karena kita telah memasuki 5 chapter terakhir. Ya, cerita ini akan berakhir di chapter 46. We're getting there .... !!! hehehehe

Sebelumnya kumulai, sekali terima kasih banyak karena telah membaca, mengikuti dan menyukai + vote dan mengkoment cerita ini. It really makes me happy!!! Soo happy, its really light my day!!! I'm soo appreciate it and thankfull. Sooo, thankyou very much, thankyou very much!!!!

OKAY, let's get it on..., sit tight, relax, read, enjoy it..., and hope you like it :)

42. Pendaman Rasa

Melihat Terrence dan Lily tengah bercengkerama hangat, tak ada salahnya jika ia ikut bergabung.

"Hey..." Tom mendekati kedua adiknya dengan tersenyum hangat.

Terrence dan Lilly menoleh, teralihkan dari obrolan mereka.

"Tom!" Lilly tersenyum senang menyambutnya.

"Apa yang kalian obrolkan, terlihat seru sekali dari jauh?" Tom tersenyum ringan.

"Banyak...! Kita bicara tentang buku..., semuanya...." Lilly menjawab bersemangat.

"Yeah?" Tom menyahut dengan tersenyum. Dilihatnya Terrence yang tak menyahut, hanya berwajah datar dan kembali pada bukunya. "Apa yang kau baca, Terrence...?"

"Novel..." Terrence menjawab singkat.

Tom mengangguk, masih diamatinya sikap Terrence padanya. Dingin. Kenapa Terrence seakan berbeda dengan semalam?

Tom menarik napas, "Hey, kau ada waktu? Mau temani aku berjalan-jalan ke hutan?" pancingnya dengan tersenyum bersemangat.

Berhasil, Terrence mendongak.

"Ke hutan?"

Tom mengangguk, "Aku rindu jalan ke hutan bersamamu."

Terrence mengangguk tanpa ekspresi.

Lily melihat keduanya, "Aku boleh ikut?" tanyanya langsung.

Keduanya menoleh pada Lilly.

Tom, jujur untuk saat ini hanya ingin pergi berdua dengan Terrence. Tapi bagaimana mengatakannya kepada Lilly?

"Mhmm... _"

"Yeah..., kau boleh ikut," sahut Terrence memotong Tom.

Tom terkatup, tapi segera tersadarkan dengan seruan senang Lilly.

"Asyiik...!!"

Tom hanya dapat mengangguk. Tidak mungkin ia mengatakan tidak boleh, sekarang.

Terrence segera melompat ke tanah, turun dari pagar teras yang sejak tadi ia duduki, sementara, Lilly berlari menuju tangga, turun dari teras.

Ketiganya berjalan bersama menuju hutan.

Langkah mereka terasa sunyi. Tidak ada yang mengucapkan sepatah katapun. Terrence yang dahulu sangat cerewet, kini belum terdengar suaranya. Ia berjalan santai dengan gagahnya, menyerupai Tuan Warwood. Terasa sangat canggung sekarang.

"Hey, inikah hutan tempat kalian berlatih berburu?" Akhirnya suara Lilly yang memecah kebekuan mereka, setelah sampai di dalam hutan.

Tom menengok pada Lilly. "Yea..." ia tersenyum hangat.

Lilly hanya mengangguk-angguk. "Lebat juga, ya...? Pohonnya tinggi-tinggi."

"Yea..., cocok untuk latihan," sahut Terrence.

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang