20. Jemput Aku

177 35 10
                                    

Baiklah, mari kita lanjutkan ... :)

Enjoy, and hope you like it :)

20. Jemput Aku ...

Tom duduk lemah di sudut selnya. Kedua tangan terpasung pada papan yang dipasangkan di lehernya. Kedua kakinyapun terbelenggu, membatasi geraknya. Ia kini telah berada di penjara budak, tempat para budak yang melarikan diri tertangkap. Para budak akan menunggu jemputan majikan mereka. Tapi jika tidak ada yang mengakuinya, mereka akan dilelang di pasar budak.

Punggungnya masih terasa sakit dari cambukan yang lalu, tanpa ada upaya untuk mengobatinya. Mereka tidak akan bersusah payah mengobati budak pelarian. Tubuhnya semakin terasa lemah, dengan perut kosong, karena penjaga belum juga memberinya makan sejak ia tiba di sini. Tom hanya dapat berdoa jangan sampai lukanya terinfeksi lagi, karena dia tidak ingin melalui demam panjang yang menyakitkan lagi.

Mereka telah mengiklankan dirinya, dan tinggal menunggu seseorang menjemputnya. Tom yakin Tuan Warwood akan menjemputnya pulang untuk menerima hukuman lainnya. Bayangan cambukan yang akan mendera tubuhnya lagi disertai sakit yang luar biasa, kembali menghantuinya. Ia pun yakin, Tuan Warwood akan membunuhnya, agar tak lagi bisa menemui Terrence. Dan mungkin itu yang terbaik, jika harus melalui rasa sakit yang berkepanjangan. Tom sudah siap, paling tidak, ia dapat melihat Tuan Terrence untuk terakhir kalinya.

*#*

Phillipe, Rufus dan Jonathan telah berkuda selama tiga hari untuk mencari Tom. Mereka kelelahan, tapi tidak akan menyerah. Mereka harus menemukan Tom.

Jonathan harus membawa pulang Tom, demi Terrence. Tak henti Jonathan merutuki diri, kenapa Tom harus pergi, melarikan diri?? Ya Tuhan, kumohon, biarkan aku menemukan anakku...'

"Nah, Tom ini.., apakah dia anakmu dari salah satu budakmu?" Rufus tiba-tiba bertanya tanpa basa-basi, saat mereka sedang beristirahat setelah matahari tenggelam. "Baik sekali kau mengakuinya, dan mengatakan dia kakak Terrence. Aku yakin mereka dari ibu yang sama, bukan? Jadi di mana ibunya?"

Jonathan menggertakkan bibirnya. Pertanyaan beruntun itu, terdengar seperti sebuah ejekan, dibanding pertanyaan basa-basi mencari tahu. Ingin rasanya ia membungkam mulut Tua Bangka itu. Tapi sekuat tenaga ia meredam emosinya. Ia tahu posisinya sedang tidak menguntungkan. Ia membutuhkan mereka untuk menemukan Tom.

Bukan berarti Jonathan tak mampu mencari dan memukannya sendiri, tapi secara emosi Tom akan lebih mudah mempercayai dua orang ini untuk pulang dibanding dirinya. Dan ia harus dapat membawa Tom pulang, bagaimanapun caranya.

Jonathan melirik tajam Rufus. "Bukan urusanmu."

"Mhm.... Tom sudah menjadi bagian dari keluarga kami, jadi kami harus tahu tentang dia," sahut Rufus.

Jonathan menggigit bibirnya.

"Apakah dia salah satu_?"

"Catherine bukan budak," sahut Jonathan pelan tegas, memotong kalimat Rufus. "Dia tidak pernah menjadi budak,"

Rufus tercekat mendengarnya, "Catherine...? Catherine Warwood istri sah-mu?"

"Ya."

Dan sahutan itu cukup membuat Rufus semakin marah, "DASAR BEJAT! Kau membuat anakmu sendiri menjadi budak, padahal dia sama sekali bukan seorang budak!??"

"Rufus!" Phillipe siap melerai keduanya.

"ITU SEBUAH KESALAHAN!" balas Jonathan kesal.

"Astaga, Jonathan!" Rufus semakin gemas.

"AKU MELAKUKAN KESALAHAN, AKU AKUI ITU, PUASS!??" bentak Jonathan tak tahan lagi.

Rufus masih menatap tak percaya laki-laki sebodoh keledai di hadapannya ini.

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang