Halo..halo..., maaf baru muncul lagi... . Tiada maksud menahan posting bab ini selama ini, tapi apa dikata, tubuh kembali perlu perbaikan. Alhamdulillah, sekarang sudah kembali baik, dan mariiii kita lanjutkan :)
Semoga masih ada yang menunggu cerita ini dan tetap menyukainya :)
Sooo, what are waiting, enjoy, and hope you like it :)
17. Malam Panjang
Phillipe menyambut siaga, pasien baru yang dibawa masuk ke dalam ruangannya oleh seorang lelaki besar dengan ditemani Rufus.
"Letakkan di tempat tidur." Phillipe siap menanganinya. Dilihat dari kondisi pasiennya, seorang anak laki-laki, tidak terlihat bagus. Tubuhnya panas tinggi.
"Apa yang terjadi?" Phillipe bertanya pada lelaki itu yang menampakkan wajah khawatir di samping Rufus.
"Terjatuh dari kudanya." Lelaki besar itu menjawab gusar dengan tak sabar. Wajahnya terlihat hancur dengan kepanikan.
Rufus memerhatikan Jonathan dengan gusar. "Mhmm..., Phillipe, ini Tuan Warwood, Jonathan Warwood." Ia harus memperkenalkannya.
Sebuah nama yang sanggup menghentikan tangan Phillipe dengan keterpakuan. Ditengoknya lelaki besar itu, kemudian menengok kepada Rufus meminta kepastian dengan nama yang didengarnya. Tapi Rufus mengangguk, membuat Phillipe menengok kepada sosok malang di tempat tidur. Mungkinkah ini Terrence?
"Hey, kenapa kalian diam saja, tolong anakku!" Bentakan tak sabar dan marah Jonathan, mengagetkannya.
Phillipe terkesiap dan berfokus pada pertolongannya, "Siapa namanya?"
"Terrence..."
Phillipe mengangguk dalam hati, Ok, positif, ini lelaki monster yang sangat ditakuti Tom. Diliriknya tipis Rufus, ayah angkatnya itu pun memandangnya gugup, seakan mengetahui apa yang dipikirkannya. Entah apa yang akan terjadi jika Tom melihat majikannya kembali, atau lelaki ini mengetahui keberadaan Tom di sini. Tapi itu akan ia pikirkan nanti. Saat ini ia harus bersikap profesional menolong pasiennya, yang mungkin seseorang yang penting bagi Tom.
Anak ini tak bergerak, membuat Phillipe semakin khawatir. Ia dapat memastikan Terrence terkena rada paru-paru akut. Paru-parunya pun membengkak, terdengar dari suaranya bernapas. Tubuh ini pun dipenuhi luka, juga terkena gegar otak dan memar hampir di seluruh tubuhnya, serta kaki yang patah. Ada beberapa luka yang sudah dijahit, tapi tetap harus mendapatkan perawatan lanjutan.
Rufus pun melihat dengan tak percaya dengan semua luka yang ada di tubuh anak ini yang mungkin usianya tak lebih dari 12 tahun.
"Bagaimana ia bisa terjatuh dari kuda, hingga mendapatkan luka sebanyak ini?" tanya Rufus penasaran.
Jonathan menelan ludah gusar. "Kami sedang berburu, dan terjebak hujan deras. Saat mencari tempat berteduh, Terrence tiba-tiba terjatuh dari kudanya, dan meluncur ke dalam jurang. Aku sudah mengobati luka-lukanya; yang di kepala dan di lengannya. Juga menjahit beberapa luka lebarnya."
"Ya, saya bisa melihatnya," Phillipe mengangguk, tanpa menghentikan tangannya memeriksa pasiennya. Sebuah perawatan darurat ala seorang pemburu. Ketrampilan tambahan yang harus mereka miliki, selain tahu cara memusnahkan monster. "Tapi tetap, kita harus merawatnya agar tidak terkena infeksi. Tapi fokus saya saat ini adalah panas tubuhnya dan paru-parunya. Ia terkena radang paru-paru ganda. Saat ini, ia tak dapat bernapas dengan sendiri."
Jonathan lemas mendengarnya. "Dia pernah mengalaminya, saat dia kecil dulu. " Untuk menjaga wibawanya, ia tetap memasang wajah kuat dan garang. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Kita akan membuat uap dari ramuan, yang masuk ke dalam pernapasannya. Usahakan uap itu terjaga dan masuk ke dalam paru-parunya. Kita harapkan akan dapat membersihkan paru-parunya dan mengembalikan kondisinya yang membengkak, hingga ia dapat bernapas sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Ficción históricaTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...