Selamat malaaammmm :)
Kudatang untuk mengakhirinya.... Akhirnya sampai juga kita di chpater terakhir dari cerita ini.
Baiklah, tunggu apa lagi...., mari segera kita tuntaskan :)
Enjoy, and hope you like it :)
46. Membuka Lembaran Baru
Pagi yang cerah seakan menyambut hari baru nan cantik setelah penculikan mengerikan itu. Semua tampak lega karena mereka bisa pulang dan berkumpul kembali, meski harus terluka.
Selepas sarapan, kesemuanya mencoba untuk melepaskan ketegangan mereka dan berharap semua telah berlalu, tidak ada lagi hal buruk akan terjad.
Tom masih harus membiasakan diri dengan bebatan di kedua lengannya, yang membatasi gerak tangannya. Tapi paling tidak, rasa sakitnya telah berkurang banyak dan bengkaknya mulai mengempis. Luka di punggung dan pahanya, sudah tidak sesakit sebelumnya. Lagipula ia sudah terbiasa dengan rasa sakit, tidak masalah.
Setelah menemani Tom, Lilly kini justru lebih banyak bersama Terrence di ruang perpustakaan, sembari menunggu kedatangan ibunya.
Sementara itu, Jonathan memilih menghabiskan waktu bersama Tom.
"Mmm..., sudahkah aku mengucapkan terima kasih padamu?" Jonathan memandang putranya hangat.
Tom terkatup. "Terima kasih untuk apa?"
"Untuk semuanya. Kau menyelamatkanku, dan juga menyelamatkan milik kita. Aku memang bodoh, Tom..."
"Kau terpaksa melakukannya, Ayah. Kau mencoba menyelamatkan kami."
Jonathan menghela napas, "Aku hanya tidak ingin kehilangan anak-anakku. Aku rela lakukan apapun. Dan apa yang kau lakukan kemarin, sangatlah hebat. Aku bangga padamu, Nak, sangat bangga!"
Tom tersenyum tipis.
"Terima kasih banyak, Tom," ucap Jonathan tulus dan sungguh-sungguh.
Tom hanya mengangguk.
"Dan aku minta maaf, semua ini harus terjadi lagi padamu. Bahkan saat kau pulang pun, harus melalui ini semua."
"Ayah..."Tom memotong pelan. "Yang terjadi kemarin, bukanlah salahmu."
Jonathan tersenyum tipis. "Tentu saja salahku... aku yang menciptakan Cruel, aku yang membuat dia seperti itu, dan aku yang membuat kau menderita karenanya. Semua adalah salahku. Akulah penyebab ini semua terjadi. Aku yang selalu membuatmu terluka. Aku minta maaf, Tom."
Tom terdiam. "Tak perlu meminta maaf, Yah. Aku sudah memafkanmu, kau jangan memikirkannya lagi."
Jonathan tersenyum lega, dipandangnya hangat putra sulungnya. "Terima kasih...." Langsung dipeluknya hangat dan erat.
Tom tercekat mendapatkan pelukan itu lagi. Ia merasakan pelukan sesal, kelegaan dan rasa sayang di sana. Tom meresapinya. Untuk pertama kalinya ia merasakan perasaan lega seluruhnya dalam hidupnya. Juga rasa sayang kepada ayahnya. Tidak ada lagi ganjalan perasaan apapun. Ia telah melepaskan semuanya, ia telah memaafkan ayahnya sepenuhnya.
Tom tersenyum dengan bahagianya, air matanya menetes di pipinya. Kalau saja tangannya tidak dibebat begini, mungkin sudah dipeluknya ayahnya dengan erat. Ia ingin membalas pelukan ini.
"Aku menyayangimu, Yah...," ucapnya penuh perasaan. "Aku sangat menyayangimu."
Jonathan mendengarnya, jelas di telinganya. Lega dan bahagia mengguyur tubuh rentanya. Seakan semua dosa terhapus sudah. Ia tersenyum penuh kebahagiaan. Air matanya sudah mengalir deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Historical FictionTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...