Mari kita lanjutkan ... :)
Percayalah, kalian bisa bernapas lega ... :)
22. Jangan Sakiti Aku Lagi
Ellen menunggu dengan khawatir ketiganya pulang dengan harapan berhasil membawa Tom pulang. Sementara ia di rumah, terus merawat dan menjaga Terrence. Ia telah berusaha sebaik mungkin untuk mengobati Terrence, tapi ia tahu penawar yang terbaik hanyalah keberadaan Tom. Terrence membutuhkan Tom. Karena itu Tom harus ditemukan dan dibawa pulang untuk Terrence.
"T..Toom...." Rintihan kecil itu kembali terdengar dari bibir gemetar Terrence.
"Sshhh..., tenanglah, Sayang, Tom akan segera pulang..., sebentar lagi dia akan datang, "Ellen menenangkannya dengan mengusap-usap wajah basah itu.
"Ya Tuhan, kumohon temukan dia... biarlah Tom pulang...," Ellen terus berdoa. Karena jika Tom tidak ditemukan, tidak hanya Terrence yang tidak akan bertahan, tapi juga Lilly yang akan kehilangan Tom. Putri kecilnya itu sudah menyukai kehadiran Tom, dan selalu menempel anak muda itu. Ellen tidak tega jika Lilly kehilangan sahabat barunya. Lilly yang belum pernah memiliki teman selain Phillipe, membuat kehadiran Tom sedikit istimewa. Dan selama menjaga bocah sakit ini, ia harus menutup barnya.
Hingga akhirnya ia mendengar suara derap berlari kaki kuda dengan cepat, mendekati rumah. Senyum merekah dengan leganya,
'Mereka sudah pulang! Semoga Tom bersama mereka.'
Tak ingin mengecewakan Terrence dengan berita kepulangan Tom, Ellen harus memastikannya lebih dulu. Ia bergegas keluar untuk menyambut mereka, dan penuh harap akan melihat sosok Tom.
Tapi ia harus menahan napas dengan sosok terbungkus selimut duduk lunglai terikat pada tubuh Jonathan Warwood. Lelaki sangar itu mendekapnya hangat, dan meyakini sosok itu adalah Tom.
"Astaga!"
Jonathan segera turun dari kudanya, dan dengan sigap mendekap, serta membopong Tom masuk ke dalam rumah.
Phillipe sudah lari masuk duluan. "Bawa ke kamarnya..." Sementara ia mempersiapkan peralatan medisnya.
Setengah berlari Jonathan menuju kamar Tom.
"Apa yang terjadi? Di mana kalian menemukannya!?" Ellen terpucat dengan wujud pucat pasi dan lunglai Tom di gendongan Jonathan, seraya mengikuti di belakangnya.
"Di rumah Monster."
"Huh? Monster?"
"Kami menjemputnya di rumah lelaki mesum."
Ellen terkatup tak percaya, "Ya Tuhaan..." Terlebih saat menyaksikan Jonathan membaringkan Tom di tempat tidur dan membuka selimut tebal itu. Ellen menahan napas dengan wujud Tom.
"Ellen tolong ambilkan air, kita harus membersihkan semuanya." Phillipe masuk ke kamar dengan membawa peralatan medisnya.
Ellen hanya mengangguk dan segera keluar mengambilkan air.
Phillipe siap dengan segala pemeriksaan yang harus ia lakukan pada Tom, meski itu tidak akan membuat bocah malang itu nyaman.
Ellen kembali dengan membawa sebaskom air hangat.
"Bagaimana keadaan Terrence?" Jonathan langsung menanyakan putra bungsunya.
"Dia masih beristirahat dan tak henti menanyakan Tom."
Jonathan mengela napas berat.
"Pergilah, Jonathan, temani Terrence, biar kami yang mengurus Tom," ucap Phillipe. Ia tahu perhatian Jonathan akan tetap kepada Terrence, meski lelaki itu telah mengakui Tom sebagai putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Ficción históricaTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...