18. Kabut Luka

193 37 19
                                    

Mari kita lanjutkan  :)

Kuatkan diri kalian ...

18. Kabut Luka

Sebuah perjuangan panjang. Hari berganti dan tiga hari terlewati, tapi belum juga terlihat demam akan turun. Mereka menemaninya dengan terus mengusap, memberi cairan, membuatnya minum obat dan membantunya bernapas dengan nyaman. Penuh berharap doa segera terjawab dan keajaiban datang.

Pada hari kelima, akhirnya demam perlahan turun. Ia pun sudah mampu bernapas sendiri tanpa memerlukan uap ramuan. Namun dengan demam selama lima hari, membuat tubuh rapuhnya berjuang keras untuk bangkit kembali, dan Terrence belum sadarkan diri. Mereka terus berharap bocah 12 tahun ini mampu melewatinya dan pulih kembali.

Jonathan hampir putus asa. Ketakutan terbesarnya adalah Terrence tidak terselamatkan, tidak tanpa Tom di sisinya.

"Oh, Catherine, kumohon jangan biarkan Terrence pergi bersamamu, jangan bawa dia...." Ia sangat memohon, terduduk lelah di kursi tempat di sisi tempat tidur Terrence, menunggu putranya untuk sadarkan diri. Ia sudah letih fisik dan emosinya, melihat sosok tersayangnya dan yang paling berharga, berjuang di pintu maut.

"Aku harus melakukannya, Jonathan, aku harus membawa putraku." Sebuah suara lembut terdengar membuatnya terlonjak.

Jonathan memperjelas pandangannya dan melihat sosok bercahaya bergaun putih duduk di tepian tempat tidur Terrence. Ia mengecup kening bocah itu dengan penuh perasaan.

"Catherine...?" Jonathan menahan napas, tak percaya apa yang dilihatnya.

"Aku harus membawanya, Jonathan."

"Kenapa?"

"Karena kau tidak bisa merawatnya, Jonathan. Tidak akan kubiarkan kau membunuh putraku lagi, atau membuatnya menderita seperti yang sudah dialaminya."

"Aku tidak pernah membuatnya menderita, kau tahu aku sudah berupaya memberikan yang terbaik untuknya," Jonathan membela diri dengan tatapan sedih.

"Oh, ya? Dengan memperlakukannya seperti seorang prajurit, dan memisahkan dia dari saudaranya?"

Jonathan terkatup. "Anak itu bukan putraku. Dia hanya bukti kotor dari ketidak-setiaanmu padaku."

"Kau masih mempercayai keyakinan itu, Jonathan? Bahkan setelah aku pergi selama-lamanya? Lalu kenapa kau memaafkanku? Jika kau tidak mempercayaiku, itu berarti Terrence juga bukan putramu."

Jonathan terpucat seketika. "Itu tidak benar. Terrence putraku, dan aku percaya kau tidak akan mengkhianatiku lagi. Karena itu aku memaafkanmu."

"Seumur hidup, aku tidak pernah mengkhianatimu, Jonathan. Aku mencintaimu dan aku tidak akan pernah melakukan perbuatan hina itu."

"Tapi bukan itu yang kulihat hari itu, Catherine. Aku melihatmu jalan berdua dengan budak itu, begitu akrab dengan dekat. Lalu kemudian kau tiba-tiba hamil, setelah sepuluh tahun kita mencobanya."

"Itu sepuluh tahun yang sangat berarti, Jonathan. Kehadiran putramu."

"BUKAAAN!!!" pekik Jonathan gusar.

"Kalau begitu, biarkan aku membawa Terrence. Aku tidak mau melihat kau membuat putraku menderita lagi, seperti yang kaulakukan pada putraku yang lain, putramu yang lain, Jonathan!"

Jonathan langsung ketakutan, "Aku mohon... kumohon jangan bawa Terrence. Dia hidupku... dia nyawaku..., aku tidak bisa hidup tanpa dia..."

"Dan dia tidak bisa hidup tanpa saudaranya," sahut Catherine pelan. "Kau sudah memisahkan mereka, Jonathan."

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang