Hallooo, masihkah kalian bertahan?? :)
Baiklah mari kita lanjutkan :)
Siapkan diri kalian ....
Enjoy, and hope you like it :)
43. Hantu Masa Lalu
Kembali berada di dalam kandang bergerak, membuat perut Tom mual. Terlebih beberapa pasang mata budak dari kandang sebelah, membuat trauma yang dulu kembali lagi. Ia berada di sebuah kereta kandang budak.
Entah akan dibawa ke mana mereka ini. Tanpa kaki dan tangannya terbelenggu rantaipun, Tom takkan bisa melawan, tidak dengan kakinya yang tertembak. Luka itu membuat kakinya kebas. Ia takkan bisa berlari. Ia tak mengira, Cruel memiliki budak lainnya. Tapi seharusnya bisa, dia Cruel, mantan mandor budak. Dan sekarang ia memiliki budak sendiri. Dia kini seorang padagang budak. Hebat!
"Tom...?" Suara lirih yang ia kenal menyadarkannya. Ia menoleh, dan menyadari ada Terrence bersamanya. Ia hampir melupakannya.
Tak jauh berbeda, Terrence pun dalam keadaan kaki dan tangan terbelenggu rantai. Tapi, paling tidak, ia tidak terluka.
Terrence memandang takut dan penuh sesal kakaknya. Ketakutan menyelimutinya. Bukan karena bagaimana nasibnya nanti, tapi lebih karena Tom tak banyak bicara sejak mereka masuk dalam kandang kotor ini. Tom mendiamkannya. Dan ia tahu alasannya.
"Tom, maafkan aku..." ucap Terrence lirih.
Tom mendengarnya, namun tak menyahut. Wajahnya menegang menahan segala kemarahannya.
"Tom_"
"Ini bukan salahmu, Terrence," potong Tom ketus menahan kekesalan. "Jadi hentikanlah."
Terrence menggigit bibirnya, "Tapi kalau aku tak mengajaknya ikut_"
"Kalau begitu jangan diungkit lagi!" bentak Tom terlepas. Napasnya memburu seiring emosinya hampir meledak. "Lilly sudah tewas, tak ada gunanya menyesal!"
Terrence terkatup kaget. Wajahnya semakin tertunduk menyesal.
Tom tersadar, ia sudah lepas kendali. Tak seharusnya ia menyalahkan Terrence. Dirinyalah yang seharusnya disalahkan. Ia yang menyuruh Lilly kabur. Ia yang menyebabkan Lilly tertembak. Kembali terbayang sosok Lilly yang tergeletak di tanah tak bergerak. Lilly sudah tewas. Ia yang membunuhnya.
Dipejamkan matanya kuat-kuat penuh penyesalan. Seharusnya tak seperti ini.
Semakin ia menyesalinya, semakin terasa kembali sakit di semua luka tembaknya.
"Aargh!" Tom memekik tertahan.
"Tom?? Lukamu? Darahnya sudah berhenti, kan?" Terrence cemas melihatnya.
Tom hanya mengangguk. "Aku tidak apa-apa..." desahnya, dengan menarik napas dalam-dalam.
Terrence memperhatikan kakaknya khawatir. Tapi dengan sikap Tom seperti ini, hanya akan berakhir sakit hati. Ia mengalihkan pandangan ke sekelilingnya. Mencari tahu di mana mereka kini.
"Kita akan dibawa ke mana?"
Tom ikut melihat sekelilingnya, dan beberapa budak yang terduduk di sel sebelah. "Entah. Mungkin ke pasar budak."
"Pasar budak? Cruel akan menjadikan kita budak??" Wajah Terrence berubah pucat.
"Entahlah."
"Tapi bukankah Cruel menangkap kita untuk memeras Ayah? Dia menginginkan sesuatu pada Ayah?"
"Yea..., tapi dia bisa mendapatkan keduanya. Menjual kita dan memeras Ayah."
Terrence menelan ludah pahit. Keringat dingin membasahinya. Membayangkan jika ia menjadi budak, ia akan mengalami kehidupan seperti Tom dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Historical FictionTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...