37. Rumah Kedamaian

199 35 19
                                    

Baiklah mari kita lanjutkan ... :)

37. Rumah Kedamaian

Tom dan Phillipe hanya menempuh perjalanan selama dua hari, lebih cepat dibandingkan saat mereka pergi ke rumah ayahnya. Entahlah, mungkin karena kali ini mereka terus berlari dan tidak terlalu banyak beristirahat. Mereka ingin segera sampai ke rumah.

Perasaan Tom kembali berkecamuk. Entah apa yang akan dihadapinya di rumah Tuan Rufus. Apakah ia benar-benar akan pulih kembali? Terbebas dari semua trauma itu? Apakah Tuan Rufus akan menerimanya kembali? Apakah keputusannya meninggalkan Terrence, sudah tepat? Dan apakah ia benar-benar akan dapat memafkan ayahnya? Ia tidak tahu. Tapi yang ia rasakan saat ini adalah ia tidak bisa tinggal di rumah itu lagi. Tidak untuk sekarang. Ia hanya berharap dapat benar-benar pulih dan secepatnya bisa pulang kembali.

"Kita sudah sampai di rumah, Tom...," seru Phillipe menyadarkan dari lamunannya.

Tom terkesiap dan melihat ke depan. Sebuah rumah yang tidak begitu ia kenal terlihat dari kejauhan, semakin dekat. Benarkah itu rumah TuanRufus?

Ia tidak begitu mengenalnya.Ia memang belum pernah melihatnya dari kejauhan dan jarang sekali keluar dari rumah. Dua kali keluar hanya untuk kabur dan untuk meninggalkannya menuju rumah ayahnya. Masih terasa menyebutkan kata ayah. Tapi mungkin ia harus semakin terbiasa.

Tom tersenyum melihat rumah itu. Rumah keduanya. Ia mengangguk pada Tuan Phillipe yang tersenyum lega padanya.

"Ayo, Tom...," Phillipe memacu kembali kudanya berlari menuju rumah.

Tom menarik napas, dan mencoba untuk mengejarnya. Dipacu kudanya berlari menyusul Tuan Phillipe.

Kedatangan mereka langsung disambut Rufus yang ternyata sedang berada di halaman depan, memotong kayu bakar dengan kapak besar.

Wajah tuanya sempat tersenyum lega saat melihat kepulangan Phillipe. Namun saat memastikan ada seseorang di belakang, dan ia mengenalnya, membuatnya langsung terheran bercampur cemas.

Phillipe menghentikan kudanya di hadapan Rufus. "Heya, Rufus..., kami pulang...," dengan tersenyum renyah.

Wajah berkerut Rufus tak berubah, terlebih dengan sosok di belakang Phillipe, memandangnya gugup. "Tom?"

Tom semakin memandangnya gugup. "Tuan Rufus..."

"Nak...?"

"Boleh saya tinggal sementara di sini?" tanya Tom gugup ketakutan.

"Huh?" Rufus terkatup. Pasti ada masalah, hingga Tom pulang kembali ke sini. Diliriknya Phillipe penuh pertanyaan.

Tapi Phillip yang telah turun dari kudanya hanya mengendikkan bahu dengan berucap tak bersuara, "Akan kuceritakan nanti."

Membaca gerak bibir itu, Rufus langsung terkesiap mengerti, dan mengangguk kembali pada Tom, "Yea, tentu saja, Nak..., tentu boleh! Ini rumahmu juga," sahutnya membuka tangan lebar-lebar menerima dengan tersenyum hangat.

Tom tersenyum gugup dengan leganya. Ia kemudian turun dari kudanya.

Rufus menyambut Tom dan langsung memeluknya hangat. "Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja?"

Tom mengangguk tersenyum di dalam pelukan Tuan Rufus. "Ya, Tuan, saya baik-baik saja. Terima kasih."

Rufus mengangguk puas. Meski jelas, Tom tidak baik-baik saja hingga harus keluar dari rumah itu. Apa yang terjadi? Apa yang dilakukan si Warwood itu?? Awas saja kalau benar ia kembali menyakiti Tom! Tapi wajah Phillipe tak menunjukkan kemarahan. Pasti ada yang lain. Tapi itu nanti. Saat ini Tom membutuhkan kenyamanan, dan di sini tempatnya.

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang