Mari kita lanjutkan :)
Enjoy ..., and hope you like it :)
24. Kebenaran Itu ...
Kesokan harinya, Tom terbangun masih di tempat tidur Terrence, masih mendekap hangat tubuh ringkih tuan mudanya. Terasa nyaman, dan melegakan, terlebih menyadari Terrence memang adalah adiknya. Tapi bukankah itu berarti Tuan Warwood juga benar adalah ayahnya?
"Selamat pagi, Nak..." Suara berat yang amat dikenalinya, kembali mengejutkannya. Ia menoleh dan melihat Tuan Warwood duduk di kursi di samping tempat tidur. Seketika tubuhnya bergetar, dan menyadarinya dirinya masih memeluk Terrence.
"Ma..afkaan.., saya... Tuan..." Dan perlahan dibaringkan kembali Terrence ke tempat tidurnya, lalu beranjak berdiri. Ia siap dengan segala hukumannya.
"Jangan...jangan..., Tom, kau tetap di situ, pastinya Terrence tidak ingin kau pergi." Jonathan menghentikannya.
Tom terpaku dan terlihat ragu.
"Tidak apa-apa, Tom, tetaplah di situ, temani Terrence." Suara lain yang dikenalinya bergabung bersama mereka. Tuan Phillipe. Ia menarik napas lega, ada Tuan Phillipe di sini, ia tidak sendiri.
"Tuan...?" Tom menelan ludah. Perasaan malu dan bersalah kembali menyesap di dadanya. Ia menunduk, tak berani membalas mata pria yang telah banyak menolongnya.
Phillipe memandang Tom penuh perhatian, "Bagaimana keadaanmu sekarang, Tom?"
"Saya baik-baik saja, Tuan, terima kasih," Tom menjawab pelan, tak berani mengangkat wajahnya, terlebih dengan Tuan Warwood yang masih berada di sana.
Phillipe terdiam, membaca perubahan sikap Tom saat ini. Ia kembali seperti saat pertama kali mereka bertemu.
"Tom..." Phillipe memanggilnya pelan.
"Tuan..." Tom menyahut sopan, masih belum mengangkat wajahnya.
Phillipe mengumpat dalam hati. Ini semua karena ada Tuan Warwood di sini. Lelaki itu mengembalikan Tom yang dulu. Ia tahu Tom masih syok dengan keberadaan Tuan Warwood di sini, dan tentu saja ia masih sangat ketakutan kepadanya, meski kini mungkin ia adalah ayahnya sendiri.
Phillipe beralih kepada Tuan Warwood. "Mhm.., Maaf Tuan..., bisa permisi sebentar, saya ingin memeriksa pasien saya di sini...."
"Mm.., silakan...." Jonathan bergeming di tempat duduknya.
"Bukan, Tuan.., hanya dengan pasien saya saja," Phillipe menegaskan pelan.
Jonathan hampir membelalak matanya protes dan marah. Tapi ia tahu, ini bukan di rumahnya, dan apapun bentuk perlawanan, hanya akan membuat dirinya kehilangan Tom, atau mungkin Terrence juga. Jangan sampai terjadi.
Jonathan menelan ludah menahan amarah dan egonya, lalu mengangguk mengalah, "Tentu saja, silakan. Beritahu aku, jika Terrence terbangun."
"Tentu, Tuan."
Jonathan mengangguk dan bangkit dari duduknya lalu keluar kamar.
Phillipe menunggu hingga Tuan Warwood benar-benar keluar dari kamar, sebelum kembali pada Tom.
Tom masih menunduk sopan.
"Tom..., mari kita lihat punggungmu...."
Tom mengangguk menurut dan membuka pakaiannya, menunjukan bagian belakang tubuhnya.
Phillipe menarik napas harus kembali melihat itu. Entah berapa kalipun melihat punggung itu, tidak akan pernah terbiasa. Terlalu mengerikan untuk anak semuda Tom.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Ficção HistóricaTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...