Mari kita lanjutkan ...
Enjoy, and hope you like it :)
16. Penuh Perjuangan
Tom ingin tinggal di sini selamanya, tetap setia kepada keluarga ini. Dan untunglah, Tuan Rufus mengizinkannya untuk membantunya di perpustakaan, juga membantu Tuan Phillipe membereskan peralatan medisnya atau kertas kerjanya.
Seperti saat ini, Tom membantu Tuan Rufus menuliskan kembali catatan hariannya, sementara Tuan Phillipe duduk di seberang meja dengan pekerjaannya. Mereka sudah berjam-jam berada di sini, tapi Tom tidak juga menunjukkan kelelalahannya.
"Tulisanmu cukup bagus, Tom." Rufus cukup senang dengan asisten barunya ini. Jujur, ia tidak menyangkanya, mengingat Tom adalah seorang budak belian.
Tom tersenyum senang, "Terima kasih, Tuan!"
"Di mana kau belajar menulis seperti ini?"
"Tuan Muda Terrence yang mengajarkanku, Tuan..."
Rufus tersenyum, sementara Phillipe menoleh ke arah mereka.
"Berapa lama kau tinggal bersama Keluarga Warwood, Tom?" tanya Phillip, dan menarik perhatian Rufus untuk juga mengenal lebih jauh tentang anak ini.
Tom menelan ludah gugup dengan dua pasang mata memandangnya penuh perhatian.
"8 tahun, Tuan. Tuan Warwood membeli saya saat saya berumur 8 tahun."
"Dan di mana orang tuamu? Apakah mereka tinggal bersamamu, atau...?" Rufus mencoba bertanya.
"Saya tidak mengenal orang tua saya, Tuan. Saya dipisahkan dari ibu saya, saat masih bayi. Saya tidak pernah tahu siapa mereka, tidak ada yang tahu, Tuan."
Rufus dan Phillipe menghela napas berat.
"Apa kau ingat majikan pertamamu, Tom?" tanya Phillipe.
"Saya tidak ingat, Tuan. Saya hanya diberi tahu, saya lahir di rumah budak, lalu dibawa kepada majikan lain, agar dipisahkan dari ibu saya."
Phillipe menghela napas prihatin. 'Dilihat dari kulitmu yang putih dan kau lahir di rumah budak, pastilah orang tuamu berkulit putih dengan budak mulatto. Entah dia seorang nona muda, Tuan Tanah, Majikan, atau Mandor.'
"Mhmm, apa kau ingat masa kecilmu?" Phillip bertanya hati-hati.
Tom terkatup, "Masa kecil saya, Tuan?"
"Yea, sebelum bersama Keluarga Warwood. Bisa kau menceritakannya, jika tidak keberatan, Tom..."
Tom semakin menggigit bibirnya. 'Bagaimana ia harus menjawabnya? Ingin ia menolaknya, tapi tentu saja tidak bisa. Tuannya yang memintanya, dan dia harus menjawabnya.'
"Mhmm, saya tidak terlalu mengingat masa kecil saya, Tuan." Tentu saja ia berbohong, ia mengingat semuanya, bahkan yang terberat sekalipun sebagai seorang budak anak-anak.
"Tidak apa-apa, seingatmu saja."
"Yang saya ingat, Tuan?"
Phillipe mengangguk, "Apapun itu, saya ingin mendengarnya..."
Tom menelan ludah. Dia harus menceritakan masa kecil yang tidak menyenangkan? Dilihatnya kedua majikan yang memandangnya dengan hangat dan sabar. Tom kembali menelan ludah sebelum memulainya.
"Saya tidak terlalu mengingat masa kecil saya, Tuan. Hanya saya ingat seorang budak wanita bernama Iris yang begitu sayang pada saya dan sempat mengira dia ibu saya. Tapi kemudian saya tahu, ternyata bukan. Tidak ada yang tahu siapa ibu saya. Tapi saya menyadari saya seorang budak sejak saya masih kecil, saat saya dipaksa melihat Iris menerima hukuman cambuk, umur saya masih tiga tahun. Suara lecutan, rintihannya memohon ampun dan tubuhnya yang lunglai bersimbah darah, adalah pemandangan tak henti kemudian, membuat saya tahu siapa saya, dan juga akan menerima perlakuan yang sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (END)
Ficção HistóricaTerlahir sebagai seorang Budak Perkebunan Kapas, Tom tahu tugas dan posisinya hanya untuk melayani Sang Tuan Muda yang masih berusia 12 tahun. Dengan hanya berjarak usia 4 tahun, Tom menyayangi Terrence seperti kepada adik yang tidak pernah ia mili...