13. Kau Seorang Budak!

203 37 8
                                    

Mari kita lanjutkaan...

Enjoy, hope you like it :)

13. Kau Seorang Budak!

Ada cahaya di sana. Akhirnya Tom bisa melihat cahaya itu lagi. Dia sudah mencarinya berhari-hari dengan rasa sakit tak berkesudahan, dan sekarang ada tepat di hadapannya. Tom mencoba membuka matanya, dan melihat sekelilingnya.

Dia menyadari tubuhnya berbaring pada sesuatu, sesuatu yang halus dan lembut. Sebuah kasur! Dia berbaring di sebuah tempat tidur! Seumur hidupnya, dia selalu tidur di lantai atau di atas kasur jerami. Tidak pernah ia merasakan kasur yang tebal, empuk dan halus di bawahnya. Sesuatu yang baru untuknya. Tapi kemudian ia menyadari dirinya tidak memakai celana. Apa yang terjadi? Ia mencoba untuk bangun, tapi rasa sakit itu menghentikannya. Ia memekik kesakitan.

"Tenanglah, anak muda." Seseorang berucap, dan melarangnya untuk banyak bergerak.

Tom mendengar suara itu. Seorang pria gempal dengan pakaian yang sederhana dan bagus, duduk di samping tempat tidurnya. Ia langsung gemetar.

'Apakah orang itu telah melakukannya, selama aku tak sadarkan diri?' Tom mencoba untuk mengingatnya.

Ia mengingat cambukannya, tapi ia tidak mengingat... Tom terpucat seketika. 'Benarkah pria itu sudah melakukannya?' Tapi ia tidak merasakan sesuatu yang panas di bagian bawahnya, seperti yang ia rasakan jika terjadi penyerangan. Tom mencoba mengingatnya, apapun itu, tapi ia tidak mengingatnya selain saat cambukan itu yang membuat punggungnya terasa sakit sekali.

Tom menahan napas, saat pria itu mendekati tempat tidurnya... Sedaya upaya, Tom mundur, merapat untuk menjauhi dari pria itu.

"Saya mohon, Tuan..., izinkan saya istirahat sebentar, saya akan melayani Anda lebih baik lagi, nanti," ucapnya putus asa. Mulutnya terasa kering, ia tidak dapat berucap. Suara terasa kecil dan bergetar ketakutan

Wajah pria itu tampak terkejut, dan menghela napas dengan menggelengkan kepala prihatin.

"Mhmm, itulah yang harus kau lakukan, Nak," sahut pria itu dan menuntunnya untuk berbaring kembali. "Kau baru saja melalui demam panjang, kau tidak ingin demam lagi, bukan?"

Tom terdiam, masih kebingungan.

"Luka-lukamu, kau tidak ingat?"

Tom mengangguk, dan mencoba sedikit bergerak. Hingga ia menyadari pria itu yang menolongnya

"Ya, terima kasih sudah menolong saya, Tuan."

"Bukan, itu Phillipe. Aku Rufus."

Phillipe.... Dia mengingat nama itu. Nama Tuan yang sekarang memilikinya, seseorang yang telah membelinya

"Beliau membeli saya, Tuan?" tanya Tom untuk memastikannya.

"Yea, dia yang membelimu."

Tom menelan ludah, dan mencoba untuk bangkit dari tempat tidur.

"Whoa, tunggu sebentar, mau ke mana kau, Nak?"

"Saya harus melayaninya, Tuan. Saya budaknya sekarang, saya harus segera melayaninya," jelas Tom.

Rufus tersenyum perih. Bocah malang....

"Tidak perlu, Nak. Kami tidak memiliki budak di sini," sahut Rufus.

"Tapi beliau membeli saya, Tuan," Tom sedikit memprotes.

"Yea, dia membelimu, tapi bukan berarti kau budaknya. Lagipula, dia sedang tidak berada di rumah sekarang."

Tom terdiam sesaat.

"Lalu mengapa beliau membeli saya?"

"Untuk membawamu pergi dari tempat yang mengerikan itu. Kau hampir mati di sana."

Unwanted (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang