8

527 249 65
                                    

Aurel duduk di kursi besi yang di halte, kakinya dia ayunkan. Sekolah sudah nampak sepi, keran semua murid sudah pulang. Dia sengaja pulang lebih lambat, karena Aurel malas berdesakan.

Jarum jam tangan Aurel menunjukan pukul empat, itu artinya sudah satu jam setengah dia menunggu angkutan umum yang lewat. Mulutnya menghembuskan nafas gusar, sebenarnya ke mana angkutan umum, kenapa tidak ada yang lewat satu pun.

Tiga orang lelaki  dengan di penuhi tato berjalan menghampiri Aurel. "Neng cantik  belum pulang,"  Aurel segera menepis lengan lelaki bertindik itu saat akan mencolek dagunya.

"Jangan galak - galak atuh, kita cuman mau main - main doang ko," ujar salah satu temannya dengan rambut punk

"Mending kita langsung aja bos, gak perlu basa - basi," kata lelaki yang bertubuh gempal  pada lelaki bertindik yang ternyata bosnya.

Kedua preman itu segera mencekal lengan Aurel. "Lepasin gue," Aurel terus berontak.

"Tolong," teriak Aurel.

"Percuma lo minta tolong, karena sampai kapanpun gak akan ada yang nolongin lo," ketiga preman itu langsung tertawa.

Aurel rasanya ingin menangis, kenapa hari ini dia sial terus, pertama dia di bully, terus sekarang dia di tangkap oleh preman yang mengerikan. Dia tidak bisa berbuat apa - apa lagi, karena sekolah pun sudah sepi.

Dari ujung jalan, seorang lelaki yang melihat kejadian itu segera berdiri dari duduknya.

"Woyy Rion lo mau ke mana?" Teriak Bobby yang tidak di hiraukan.

Bugh

Pukulan itu di layangkan oleh Orion, sehingga membuat salah satu dari preman bertubuh gempal itu langsung tersungkur.

"Badan aja gede, ternyata kekuatannya tempe," ledek Orion.

"Lo gak cuman bocah ingusan, jadi gak usah ikut campur," remeh preman yang bertindik.

"Kita buktikan siapa yang lemah dan siapa yang kuat."

"Pergi rel, " titah Orion pada Aurel.

"Tapi-"

"Gue bilang pergi ya pergi."

Aurel segera pergi dari Sanah, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Orion yang tengah membela dirinya.

Perkelahian pun tidak bisa di elakan lagi, ketiga preman itu terus menghajar Orion dengan bertubi - tubi.

Bugh

Tinjuan itu berhasil mengenai pipi kanan Orion. Aurel yang belum pergi dari tempat itu  pun berteriak, ketika Orion mendapat Bogeman dari salah satu preman.

Orion tidak tinggal diam, dia segara membalas preman pereman dengan membabi buta. Karena di rasa sudah tidak bisa menandingi kekuatan Orion, ketiga preman itu pun segera berlari kabur.

Saat akan melangkahkan kakinya kembali ke warde, Aurel memanggilnya. Sebenarnya Orion tau, kalau Aurel masih berada di situ, tapi dia pura - pura tidak melihatnya.

"Orion tunggu," Aurel segera berlari menghampiri Orion.

Aurel menundukan kepalanya saat sorot mata Orion menatap nya dengan dingin dan datar.

"Kalau gak ada yang di omngin, gue mau cabut."

"Terimakasih," ucap Aurel saat Orion akan kembali pergi.

"Untuk?"

"Semuanya, gue tau lo yang nolongin gue di toilet, dan karena Lo udah nolongin gue dari preman tadi," ucap Aurel masih dengan menundukan kepalanya.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang