Happy reading❤️
Seorang gadis berseragam putih abu menumpukan kedua tangannya di atas lutut. dia berusaha menetralkan deru nafasnya yang memburu, setelah merasa nafasnya normal kembali, kepalanya celingukan ke sana ke mari. Sekolah nampak sepi, dan gerbang yang ada di depannya itu kini telah tertutup rapat.
"Pak satpam buka gerbangnya," teriak Aurel menggoyangkan gerbang yang menjulang tinggi di depannya.
Satpam yang berada di posnya tersentak kaget, ketika mendengar teriakan Aurel yang begitu kencang. Dia segera menghampiri Aurel yang berada di depan gerbang.
"Aduh si neng teh ada apa atuh, kenapa teriak - teriak," ucap pak satpam dengan logat Sundanya.
"Pak bukain dong gerbangnya."
"Henteu tiasa atuh, kan si neng teh tos telat saparapat menit."
"Bapak ngomong apa sih, Aurel gak ngerti," Aurel menggaruk keningnya yang terasa gatal.
"Maksud saya tuh, kan si neng udah telat 15 menit, jadi harus nungguin pak Mamat dulu."
"Duh kalau nungguin si tomat mah, bisa - bisa gue di hukum," gumam Aurel pelan.
"Hah? neng ngomong apa saya gak denger."
Aurel segera tersadar dia menggelengkan kepalanya. "Pak tolongin Aurel kali ini aja, lagian kan Aurel baru telat sekali, janji deh gak bakal telat lagi," Aurel menangkupkan tangannya.
"Gak bisa neng harus sesuai peraturan, lagian si neng kan murid baru, ko udah telat sih."
"Di jalannya macet pak, please pak bukain dong."
"Gak bisa, neng harus tetap nunggu pak Mamat dulu di sini, kalau gak mau nunggu pak Mamat ya udah pulang lagi aja," setelah mengatakan itu pak satpam kembali ke pos nya lagi.
Aurel mengerucutkan bibirnya, dia menghentak - hentakan kakinya kesal. tidak mungkin dia nungguin pak Mamat, tapi lebih tidak mungkin lagi jika dia harus kembali lagi ke rumahnya, bisa habis dia.
Mata Aurel membulat saat melihat pak Mamat berjalan ke arahnya dengan di dampingi ketua OSIS, dan seorang gadis yang berada di samping Atlas.
"Mampus gue," lirih Aurel.
Saat hendak kabur, tasnya berasa ada yang narik. Aurel menolehkan kepalanya ke belakang, dan melihat pak Mamat yang ternyata sedang menarik tasnya.
"Eh, pagi pak Mamat yang ganteng se jagat raya," ucap Aurel menyengir kuda.
"Mau ke mana kamu hah? Mau kabur iya?," Ucap pak Mamat melototkan matanya.
"Iya," Aurel segera menutup mulutnya, dia memukul kecil mulutnya yang tidak bisa di ajak kompromi.
Sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan Aurel tersenyum kecil, melihat tingkah Aurel yang begitu menggemaskan.
"Eh, maksud saya em...anu...emmm, " Aurel berusaha mencari alasan, saat pak Mamat semakin menatapnya dengan garang.
"Anu apa?"
"Hehehe engga ko pak, saya cuman mau bilang, jangan marah - marah terus, nanti cepet tua, kalau tua istri bapaknya kabur lagi, karena mau cari brondong yang lebih ganteng dari bapak."
"Aureeelll," teriak pak Mamat melengking, Aurel mengusap telinganya yang terasa berdengung.sepertinya Aurel telah membangunkan singa yang sedang tidur.
"Bella kamu buka gerbangnya, biar bapak pegangin dia, supaya dia tidak kabur," pak Mamat menyerahkan kunci gerbang itu ke Bella yang ternyata merupakan wakil ketua OSIS.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Teen FictionDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...