32

290 33 0
                                    

Bobby menuruni tangga markas arvegas dengan di iringi siulan. Semua orang yang berada di ruang tengah markas menatap heran ke arah Bobby.

Malam ini lelaki itu nampak rapi dengan kameja hitam yang di gulung sampai siku, serta celana jeans berwarna biru sebatas mata kaki dan jangan lupakan jambulnya yang berdiri tegak paripurna.

"Buset udah kaya anak perawan aja, lo. Wangi banget," ujar Elvan yang tidak mengalihkan fokusnya pada laptopnya.

Malam ini mereka tengah berkumpul di markas arvegas. Apa alasannya? Karena mereka malas pulang ke rumah.

"Iya dong harus," Bobby menyugar rambutnya ke belakang.

"Emang mau ke mana lo?" tanya Sean.

"Biasa," Bobby menaik turunkan kedua alisnya.

Ponsel yang bergetar di saku celana jeans Bobby mengalihkan perhatian mereka. Bobby pun segera mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat dulu sang penelpon.

"Iya halo, beb."

"Kamu di mana?"

"Ini aku masih di rumah, bentar lagi aku otw ko, Sinta."

"Sinta? siapa? Berapa kali aku bilang kalau aku itu Santi, bukan Sinta."

Bobby mengernyitkan keningnya, dia menjauhkan ponselnya dari telinga untuk melihat sang pemanggil. Kedua mata Bobby membulat saat melihat nama pemanggil ternyata memang Santi.

"Bodoh banget sih gue, kenapa bisa salah nyebut gini," gumam Bobby.

"Beb"

Lamunan Bobby buyar saat seseorang di sebrang telepon terus memanggilnya.

"Kamu di mana sih? Jadi gak ketemuan nya?!" Kesal Santi di sebrang telepon.

"Eh iya jadi ko, ini aku udah mau otw," jawab Bobby sedikit gugup. Santi yang  kesal pun langsung mematikan teleponnya sepihak.

Elvan yang sejak tadi memperhatikan sahabatnya bertelepon dan salah sebut nama pun tertawa.

"Mangkanya kalau punya pacar tuh satu aja, kalau salah nyebut nama berabe kan urusannya," ledek Elvan dengan sesekali tertawa.

"Bodo amat, hidup - hidup gue. Dah ah, gue mau pergi dulu, bye" Bobby melayangkan kiss bye dan flying kiss, sehingga membuat Elvan bergedik ngeri.

Bobby yang melihat itu tertawa, dia segera melangkahkan kakinya ke arah markas pintu markas, dengan di selingi siulan.

Setelah menempuh perjalanan dari markas selama kurang lebih 20 menit. Kini Bobby telah tiba di sebuah cafe yang lumayan ramai di perbincangkan oleh kalangan anak muda seusianya.

Karena cafe ini memiliki interior yang cukup menarik. Sehingga tidak sedikit pula dari mereka yang hanya menumpang selfie untuk di update ke sebuah aplikasi.

Malam ini cafe itu tidak terlalu ramai oleh pengunjung. Karena sekarang merupakan malam senin, biasanya cafe akan ramai pad malam Minggu dan malam sabtu.

"Halo, honey," Bobby nampak merangkul mesra seorang gadis yang sedang mengaduk menumannya dengan wajah yang di tekuk.

"Kenapa sih ko wajahnya cemberut terus," Bobby mencolek dagu gadis itu bermaksud untuk menggoda.

"Lama," jawab gadis itu dengan ketus.

"Ya maaf, kan di jalannya macet."

"Alasan!"

"Oh iya aku punya sesuatu loh buat kamu."

"Apa?" Walaupun gadis itu nampak kesal, tapi dia tetap saja ingin tau kejutan apa yang akan di berikan oleh Bobby.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang