Setelah pulang sekolah, Orion mengajak Aurel untuk mampir ke rumahnya. Karena katanya Rani kangen dan ingin bertemu Aurel.
"Assalamualaikum," ucap nya bersamaan saat memasuki rumah Orion.
"Waalaikumsalam, eh kalian udah pulang?" Tanya Rani saat melihat seorang gadis berdiri di samping putranya.
"Kalau belum pulang Rion gak bakal ada di sini, ma," jawab Orion memutar bola matanya malas.
Rani mendelik kesal mendengan ucapan yang di lontarkan oleh Orion. "Jawab aja kamu."
"Eh mantu kesayangan mama apa kabar?" Tanya Rani bercipika cipiki dengan Aurel.
"Alhamdulilah sehat, ma. Kalau mama gimana kabarnya?" tanya balik Aurel.
"Mama dan sekeluarga juga alhamdulilah pada sehat, mungkin Orion aja yang sakit kalau nanti di tinggal kamu."
"Apaansih, ma," protes orion. Dirinya perasaan tidak punya salah apa - apa, tapi kenapa Rani selalu nampak sewot padanya.
"Eh iya mama sampai lupa, duduk yuk," Rani menarik tangan Aurel menuju sofa dan meninggalkan Orion yang mendengus kesal.
"Maaf ya ini berantakan banget, tadi bekas Lala nge gambar, beginilah kalau bibi pada cuti semua," Rani mulai membereskan peralatan menggambar yang berserakan di atas meja.
"Eh iya gapapa, ma" Aurel tersenyum maklum.
Aurel mendudukan bokongnya di atas sofa yang berada di ruang tamu. Kepalanya celingukan, kenapa rumah ini terlihat sepi.
"Kamu nyari Lala ya?" Tanya Rani tepat sasaran.
"Iya, ma. Dia ke mana ya? Biasanya kan kalau Aurel ke sini pasti dia sudah nunggu di depan pintu," Aurel terkekeh setiap dirinya ke rumah Orion pasti bocah itu sudah berdiri di depan pintu, seperti menyambut kedatangan nya.
"Lala lagi ke supermarket sebrang sama papa nya. Sejak tadi dia ngerengek minta ice cream."
Aurel mengangguk mengerti. Sebuah pertanyaan terlintas di benaknya,tapi dia ragu apakah harus di pertanyakan atau tidak.
"Orion sama Regina itu deket banget ya, ma?" Aurel menggigit bibir bawahnya, kenapa dirinya malah menanyakan hal yang seperti itu?!
Pergerakan Rani yang sedang membereskan barang terhenti. Bibirnya tercetak sebuah senyum jail.
"Kenapa? Kamu cemburu sama Regina?" Goda Rani.
"Eh, e- engga ko, ma," Aurel merasa gugup, duh kenapa dirinya menanyakan hal yang seperti itu sih? Jadi malu kan dirinya.
"Siapa yang cemburu?" Ujar sebuah suara Daria arah tangga.
Aurel menatap ke arah Orion yang sudah berganti pakaian mengenakan kaus berwarna putih, dan jeans berwarna cokelat selutut. Sial. Kenapa Orion terlihat berkali lipat menjadi tampan.
"Siapa yang cemburu?" tanya ulang Orion.
"Kepo deh kamu," jawab Rani.
Orion mendengus dia segera menarik Aurel ke arah tangga
"Eh mau di bawa ke mana mantu mama?"
"Kamar," jawab Orion singkat.
Kedua mata Rani berbinar, bibir ya terangkat ke atas. Orion menatap bingung ke arah mamanya, kenapa wanita itu terlihat seperti sudah memenangkan sebuah undian.
"kamu jangan terlalu kasar main nya, Rion. Kan kasian nanti Aurel nya pasti sakit," ujar Rani ambigu.
"Mama ngomong apasih? Rion gak ngerti."

KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Ficção AdolescenteDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...