14

378 156 43
                                    

Mata yang sudah terpejam itu kembali terbuka saat mendengar suara  pecahan barang dari bawah. Aurel segera menyingkap selimutnya dan bergegas ke bawah untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Kamu itu sebagai ibu harusnya bisa ngedidik anak - anak, jangan malah kelayapan terus," Reno berteriak sambil membanting sebuah guci ke arah Desi.

"Aku itu kerja mas bukan kelayapan, aku kerja juga demi keluarga kita. Bukan seperti kamu, yang bisanya selingkuh di depan aku."

"Jaga ucapan mu Desi," Desi memejamkan matanya saat Reno mengangkat tangan hendak menamparnya.

Aurel yang berada di tengah tangga tersenyum kecut memperhatikan adegan itu semua. Dia memang menginginkan orang tuanya untuk pulang. Tapi jika kepulangan mereka hanya untuk ribut, itu sama saja akan menambah luka di hati Aurel.

"Kenapa tidak jadi?tampar aku mas tampar," Desi berteriak saat Reno tidak jadi melayangkan tamparannya.

Mata Aurel membulat saat Reno akan melayangkan guci besar  ke arah Desi. Dia segera berlari dan memeluk Desi erat untuk melindunginya.

Prang

Guci seharga miliyaran itu pecah berserakan di lantai. Aurel meringis saat merasakan guci itu menimpuk punggung sebelum terjatuh ke lantai. Dia segera mengurai pelukannya. "Bunda gapapa?"

"Gak usah sok peduli kamu, ini semua itu gara - gara kamu," Desi mendorong tubuh putrinya, sehingga Aurel terjatuh mengenai pecahan guci.

Reno mendengus malas melihat drama yang dilakukan oleh istri dan anaknya dia pun segera melangkahkan kakinya. Desi yang melihat suaminya keluar pintu segera berteriak dan mengejar langkah suaminya.

"Mas aku gak ijinin kamu ke rumah wanita itu lagi," teriak Desi mengejar langkah Reno.

Satria yang sedari tadi melihat perdebatan itu dari arah  tangga, segera menghampiri adiknya. "Lo lihat Ayah sama bunda itu brantem gara - gara lo, dan keluarga gue hancur juga gara - gara lo."

Aurel berteriak kesakitan, saat sepatu satria menginjak telapak tangannya. "Sakit bang," kata aurel dengan mata berkaca.

"Apa?gue gak denger," satria semakin menekan injakan sepatu itu.

"SAKIIITTT," satria tersenyum puas. Entah kenapa, saat dia melihat Aurel bercucuran air mata Satria memiliki kepuasan tersendiri. karena terlalu muak dengan semua yang terjadi di keluarganya, satria memilih pergi keluar

Kini di rumah megah nan mewah itu  terasa sepi, hanya terdengar suara Isak tangis Aurel  yang sedang meringkuk memeluk lututnya. Telapak tangan nya terasa perih. Aurel menatap sekeliling ruang tamu, banyak  foto yang tepajang di sana, tapi tidak ada satupun fotonya.

"Bahkan foto aku pun sudah tidak di pajang lagi,"gumam Aurel tersenyum getir.

Dulu keluarganya terasa sangat bahagia, setiap hari selalu saja gelak tawa terdengar dari keluarga itu. Sampai suatu peristiwa yang merubah semuanya meluluhlantahkan kebahagiaan Aurel.

Memori tentang kejadian itu masih teringat jelas di otaknya yang membuat semuanya berubah. Aurel kembali menerawang semua kejadian yang merenggut bahagianya.

Flashback on

Hari Minggu merupakan hari di mana semua orang berhenti dari kesibukan nya masing - masing, termasuk Reno. Saat Reno dan istrinya sedang sibuk menyiapkan peralatan piknik untuk keluarga kecilnya.

"Abaaanngg balikin Bonek Olaf urel," teriak seorang bocah perempuan berusia 5 tahun.

Langkah kaki yang mungil itu terus mengejar langkah bocah lelaki yang  berusia 2 tahun lebih tua darinya, membawa boneka kesayangannya.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang