"SUSTER! DOKTER! TOLONG PACAR GUE," teriak Orion ketiak memasuki sebuah rumah sakit.
"Tenang, Yon, gak usah teriak," ujar Sean berusaha menasehati sahabatnya.
"Gimana gue bisa tenang di saat pacar gue tertusuk?" tanya Orion penuh emosi.
"Anjing, suster sama dokter nya ke mana? Kenapa mereka lelet banget," bentak Orion pada resepsionis, membuat resepsionis itu menundukan mata. Karena terlalu takut menatap wajah Orion yang sangat menyeramkan.
Beberapa detik kemudian, dua suster menghampiri mereka sembari mendorong sebuah brankar.
"Kenapa lo semua lama banget, anjing. lo gak liat pacar gue udah kesakitan, hah?"
"M- maaf, " kedua suster itu pun sama menundukan kepalanya takut.
Sedangkan Sean hanya menghela nafasnya kasar saat emosi sahabatnya itu tidak dapat terkontrol, bahkan dia sudah membuat takut semua orang di rumah sakit.
Setelah Orion meletakan tubuh Aurel di atas brankar, dua orang suster itu segera mendorong brankar Aurel, dan di ikuti oleh Orion dan Sean.
Saat berada di depan UGD, Orion hendak masuk memasuki kedua suster itu, tapi dia segera di tahan.
"Kakak, harap tunggu di luar," ucap sang suster.
"Tapi dia pacar gue, gue harus nemenin dia," protes Aurel.
"Iya tapi itu udah prusedur rumah sakit," ujar suster itu berusaha sabar menghadapi sikap keras kepala Orion.
"Bangsat lo!" Sean segera menahan Orion yang hendak menghajar suster tadi. Sean memberikan instruksi agar suster itu segera masuk ke dalam.
"Lepasin gue, anjing," berontak Orion.
"Lo harus tenang, bego! Ini rumah sakit," Sean menarik kerah baju Orion untuk duduk di bangku besi.
"Gak usah gini juga, gue bukan kucing!"
"Tapi lo, kalau gak di gituin gak bakal nurut!"
Orion mengacak rambut nya frustasi, sedari tadi pikirannya tidak tenang tentang kondisi Aurel. Kenapa perempuan itu menyelamatkan nya? Kenapa tidak biarkan dirinya saja yang tertusuk?
Sean menatap prihatin kearah sahabatnya, tampilan nya begitu acak - acakan. Baju seragam berwarna putih yang di penuhi oleh darah Aurel, rambut yang acak - acakan, dan mata memerah.
Suara langkah kaki memenuhi koridor mengalihkan perhatian kedua lelaki itu. Ternyata mereka adalah Belinda cs dan anak - anak Arvegas yang lain.
"Bagaimana keadaan Aurel?" tanya Belinda panik.
"Kami juga belum tahu, Aurel masih di periksa sama dokter," jawab Sean.
"Aurel," lirih Belinda mendudukan bokongnya di kursi besi, dia menelungkup kan wajahnya saat menangis.
Sean yang melihat itu pun tidak tega, dia segera mendekap erat tubuh kekasihnya. "Kamu tenang aja, ya. Aurel pasti sembuh ko, dia kan perempuan yang kuat," ucap Sean mengelus Surai Belinda.
"Tapi aku takut kalau Aurel gak tertolo--"
"Ssttt, kamu gak boleh ngomong gitu," Sean segera mnbekap mulut kekasihnya ketika Orion melayangkan tatapan tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Novela JuvenilDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...