28

318 84 30
                                    

Sejak tadi Orion berdiri gusar di depan gerbang sekolah. Matanya menelisik setiap siswa yang melewatinya, tapi orang yang di carinya itu tidak kunjung menunjukan batang hidung nya.

Orion merasa tidak tenang sejak semalam, sebenarnya Orion pagi - pagi sekali sudah mendatangi rumah Aurel, tapi Bi Sari mengatakan bahwa Aurel sudah berangkat sekolah. Saat tiba di sekolah pun Orion bergegas ke kelas Aurel, tapi kata temannya Aurel belum datang.

Lelaki itu khawatir Aurel akan melakukan hal nekat setelah kejadian kemarin. Dia juga takut jika Aurel akan menjahuinya karena merasa terancam oleh musuhnya. Tidak! Orion harus segera menepis semua fikiran buruk yang bersarang di otaknya.

"Pagi, Orion," sapa seseorang tersenyum manis di hadapannya.

Orion menghela nafas nya berat. Yang dia tunggu itu Aurel. Tapi kenapa yang datangnya malah ondel - ondel yang menyamar jadi seorang murid?

Karena malas meladeni orang itu Orion melangkahkan kakinya ke arah kelas. Meninggalkan seorang gadis yang kini menghentikan kakinya kesal karena di tinggal oleh Orion.

"Muka Lo kenapa dah? Kusut banget. Kaya belum di setrika," celetuk Bobby yang sedang menyalin PR milik Galang bersama tiga curut.

"Bacot," Orion menelungkup kan kepalanya di atas lipatan tangan yang bertumpu di atas meja.

"Orion... Lo... Ninggalin gue sih," rajuk Regina dengan nafas yang tidak beraturan.

"Heh ngapain Lo ngos - ngosan gitu, abis di kejar hantu lo, Del?" Tanya Elvan.

Regina mengernyitkan keningnya bingung, nama dia kan bukan Adel. "Ko Lo nyebut gue Adel sih? Nama gue kan Regina!"

"Yeh ge'er lo, gue nyebut lo Del itu bukan Adel. Tapi itu singkatan ondel - ondel," ketiga inti arvegas itu tertawa mendengar celetukan Elvan.

Kedua tangan Regian mengepal dengan wajah yang memerah dan nafas memburu. Mulutnya terbuka hendak mengadu pada Orion, tapi Galang menghentikannya.

"Lo mending gak usah ganggu Orion. Moodnya sedang gak baik, jadi bisa aja lo di habisin oleh dia," ucap Galang datar.

Dengan kaki yang di hentakan, Regina meninggalkan meja lima inti arvegas itu. Bobby dan Sean saling bertos ria di iringi dengan tawa.

"Lo kenapa dah, Yon. Perasaan letih, lesu, lunglai banget lo hari ini?" Sean telah selesa mengerjakan pr nya kini tangannya mengotak ngatik ponsel untuk mengirimi kabar pada sang kekasih.

"Aurel gak ada kabar sama sekali, dan itu yang buat gue gak tenang sejak semalam," Orion menegakan tubuhnya. Matanya menatap ke empat sahabatnya uang ada di depan.

"Kayanya dunia bentar lagi kiamat deh," gumam Bobby serius.

"Kenapa gitu?" Tanya Elvan.

"Ya kan Orion udah mulai khawatir sama neng Aurel aja sebuah pertanda bahaya. Jadi ayo kita pulang aja, sebelum kiamat itu terjadi," Bobby memasukan bukunya yang berserakan ke dalam tas.

"Heh, ege, kalau kiamat di manapun lo berada, lo tetap bakal mati juga," Elvan menoyor kepala Bobby. Dia tidak habis pikir mengapa dia mempunyai sahabat yang begitu dongo.

"Oh iya, ya," Bobby menggaruk pelipisnya lalu menyengir kuda.

Mereka semua yang ada di sana memutar bola matanya malas. Dasar Bobby! Udah buaya, dongo pula.

"Lo udah samperin ke rumah nya?" tanya Galang kembali ke topik awal.

"Udah, kata pembantu nya, Aurel udah berangkat sekolah sejak pagi. Tapi pas gue cari ke kelasnya gak ada," Orion mengacak rambutnya frustasi.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang