40

267 8 0
                                    

Seorang lelaki berkepala empat yang masih terlihat gagah dan tampan itu saat ini sedang berkutat dengan berkas di dalam ruangan nya.

Sesekali keningnya mengerut saat melihat hal yang menurutnya ganjil.

Tok... Tok... Tok

Kepalanya mendongak saat mendengar suara pintu di ketuk dari luar. "Masuk."

Setelah mendapat instruksi dari dalam, dia segera membuka pintu berwarna cokelat yang ada di depannya. Halbert, nampak menghela nafas kasar saat melihat pria ber jas hitam itu nampak serius dengan berkas di tangannya dan kacamata yang bertengger manis di hidung mancung nya.

Halbert tidak langsung membuka suara, dia mendudukan tubuhnya terlebih dahulu di sofa berwarna abu yang ada di dalam ruangan.

"Ada apa?" Tanya Reno saat pria lajang tapi umurnya sudah tak muda lagi itu tidak kunjung membuka suara.

"Aku tau rasa benci mu terhadap Danu tidak akan pernah hilang, tapi aku mohon tolong kamu jangan pernah halangi hubungan Aurel dan anak nya Danu. Setelah berpuluh tahun, rasanya aku baru melihat kembali rasa bahagia yang terpancar dari manik Aurel saat bersama pria itu."

Seketika Reno memberhentikan pergerakan membuka berkas nya. Dia menatap nyalang ke arah Halbert, yang tak lain Sahabat nya bekerja di perusahaan miliknya.

"Memangnya kamu tau apa tentang Aurel? Jangan hanya karena Aurel lebih dekat dengan mu, jadi kamu berlagak mengetahui semuanya."

"Apa kamu juga mengetahui segalanya tentang Aurel? Bahkan kamu ayah kandung yang paling kejam dengan menyiksa anak nya sendiri," Halbert tersenyum miring saat melihat Reno yang seketika terdiam. Rasanya, sudah sejak lama mulutnya gatal ingin mengatakan ini semua.

"Jaga batasan mu, Halbert!" Teriak Reno dengan wajah yang nampak menahan emosi, terlihat dari urat leher nya yang menonjol.

"Yang aku bilang benar, bukan? Kamu bahkan menghancurkan keluarga mu sendiri hanya karena sebuah fakta yang belum pasti," sepertinya ucapan Halbert barusan semakin memancing emosi di tubuh Reno. Pria itu segera melemparkan berkas yang berada di tangan nya, sehingga hampir mengenai waja Halbert.

"Ingat ini, Halbert! Aku ini atasan kamu, dan kau hanya bawahan aku. Jadi jagalah sikapi mu terhadap atasan, sebelum aku membuat surat pemberhentian kamu dari perusahaan ini!"

Halbert terdiam kaku. Dia memang menyadari, bahwa dirinya hanyalah sebuah bawahan. Bukannya Halbert tidak ingin membangun perusahaan sendiri, tapi dia terlalu malas untuk menduduki posisi CEO, jadilah dia hanya bekerja di sebuah perusahaan milik sahabatnya.

Setelah Halbert meninggalkan ruangan, Reno mendudukan tubuhnya di kursi kerja dengan kasar. Dia memijit kepalanya yang terasa pening.

Kata demi kata yang di lontarkan oleh Halbert memukul telak relung hatinya. Reno akui dia bukan lah orang tua yang baik. Dia kecewa pada Tuhan yang telah merenggut putrinya, dan melampiaskan itu pada putri yang lain nya.

Reno telah di butakan oleh kebencian. Sekarang pun mau bagaimana lagi? Dia sudah terlanjur melakukan semua itu. Reno pun yakin pasti Aurel telah membenci dirinya karena menjadi ayah yang buruk, dan dia pun terlalu gengsi untuk meminta maaf.

Beberapa potret kilas balik berputar di otaknya. Kenangan dari masa lalu seolah di replay kembali di kepalanya, sehingga membuat kepalanya serasa ingin pecah.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang