15

440 153 23
                                    

Sudah hari kelima Aurel kembali memasuki sekolah, dia bernapas lega akhirnya terbebas dari masa skors nya. Tapi lima hari juga Orion seperti menjauh darinya bahkan saat setelah pulang dari rumah kayu hari itu pun Orion hanya terdiam.

Aurel merasa heran, apakah dirinya melakukan kesalahan lagi? Sehingga Orion menjauhi nya. Bahkan saat berpapasan dengan dirinya pun Orion membuang muka.

Hari ini merupakan hari yang paling tidak di sukai oleh seluruh murid. Di mana hari ini merupakan hari Senin, yang di setiap sekolah di wajibkan melaksanakan upacara pengibaran bendera di bawah teriknya matahari, membuat seluruh murid mengeluh kepanasan.

Seluruh murid SMA Trisatya berhamburan keluar kelas untuk segera berbaris di lapangan. Aurel sedari tadi masih sibuk menggeledah isi tas nya, Sedangkan teman - teman nya sudah berdecak kesal karena menunggu Aurel yang terlalu lama.

"Rel lo ngapain sih lama banget?" tanya Belinda yang mulai kesal.

"Tau nih, nanti kalau ke lapangan nya telat kita semua bisa di hukum," timpal Tania.

"Berisik deh kalian, kalau gitu kalian mending duluan aja deh ke lapangan," ujar Aurel masih sibuk mencari topi.

"Lo emangnya nyari apa sih, rel?" Tanya Larisa.

"Gue lagi nyari topi, perasaan tadi gue masukin ke tas tapi sekarang ko gak ada."

"gimana sih, rel. Udah tau hari ini mau upcara gak bawa topi segala."

"Tapi tadi udah gue masukin ke tas beneran deh."

"Terus gimana dong? Gue gak mau di hukum karena telat ke lapangan nya," keluh Belinda.

"Ya udah lo semua ke lapangan aja duluan."

"Lo yakin," Aurel mengangguk mantap. Karena tidak mungkin dia egois untuk menahan teman - temannya untuk menunggu dirinya.

Suasana kelas sudah terasa sepi, semua murid sudah bergegas pergi ke lapangan hanya tinggal Aurel yang berada di kelas itu. Aurel sudah pasrah, dia melangkahkan kakinya menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera walau tanpa mengenakan topi.

Saat berada di pertengahan jalan, seorang siswi memberhentikan langkah, Aurel. Jika lihat dari name tag nya dia masih kelas X.

Aurel menaikan sebelah alisnya, dia menatap heran ke arah siswi yang memakai slayer berwarna kuning itu artinya dia petugas pmr. Tapi mengapa dia masih di sini?

"Dengan kak Aurel?" Tanya siswi ber name tag, Gladis Safira.

"Iya gue sendiri, ada apa ya?"

"Ini ada titipan buat kak Aurel," Aurel menatap bingung ke arah topi yang di sodorkan oleh Gladis.

"Kakak gak ada topi kan? Ya udah pake topi ini aja," seakan mengerti kebingungan yang Aurel rasakan, Gladis menjelaskannya.

"Iya, tapi ini bukan topi gue."

"Ada seseorang yang baik hati mau kasih pinjam kakak topi."

Aurel semakin mengerutkan keningnya bingung. "Siapa orang itu?'

"Kakak gak perlu tau," jawab Gladis tersenyum.

"Loh, kalau gue gak tau orangnya nanti gimana cara ngembaliin topinya?"

"Katanya engga usah di kembalikan juga gapapa. Yaudah gue duluan ya soalnya masih banyak yang harus gue urus," Gladis menyerahkan topi itu ke tangan Aurel. Lalu melenggang begitu saja.

Aurel menatap kepergian Gladis dan topi yang ada di tangannya dengan heran. Ternyata di topi itu terselip sebuah sticky note berwarna biru.

'lain kali jangan ceroboh'

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang