39

289 10 2
                                    

Bugh

Bugh

Bugh

Bogeman demi bogeman terus melayang kearah seseorang yang sudah terkapar lemah. Semua orang yang berada di sana sudah berusaha untuk memisahkan keduanya, tapi sepertinya lelaki itu sudah di kuasai amarah, sehingga dia tidak bisa membedakan antara sahabat dan musuh.

"Udah berapa kali gue bilang, tidak usah membawa barang tajam. Tapi kenapa lo gak dengering gue?!" Brandon menarik kerah jaket Feri.

Ya, yang sedari tadi mengamuk adalah Brandon, dia membabi buta Feri dengan cara terus memukuli sahabatnya.

Bayu dan Dani menatap heran ke arah ketuanya, kenapa dia harus marah? Bukan kah ini yang mereka tunggu, melihat Orion kehilangan orang terkasihnya? Tapi kenapa Brandon harus semarah ini?

"Gue bener - bener gak sengaja, gue bermaksud untuk tusuk Orion, tapi cewek sialan itu malah tolong Orion," Feri berusaha memberikan pembelaan.

"Jangan sebut Aurel dengan mulut kotor lo, anjing!"

Bayu dan Dani segera menahan lengan Brandon saat lelaki itu akan kembali memukul Feri.

"Lo apaansih, hah? Kenapa lo bela Aurel segitunya? Bukan kah ini yang lo mau, melihat Orion menderita karena kehilangan kekasihnya?" tanya Dani beruntun.

Semua anggota draco yang melihat pun tidak habis pikir, tidak bisanya Brandon lemah hanya karena perempuan, selain mama nya. Tapi lihatlah sekarang, dia bahkan membabi buta sahabatnya sendiri hanya karena dia menusuk perempuan itu.

"Atau jangan - jangan lo udah jatuh cinta sama tumbal lo sendiri?" lanjut Dani bertanya dengan nada sinis.

Seketika badan Brandon tegang, apakah benar yang di ucapkan Dani? Apakah dia jatuh cinta pada Aurel? Bahkan senyumnya, suaranya, tingkahnya selalu membuat jantung Brandon berdegup dengan kencang.

Setelah kejadian tempo lalu di markasnya, Brandon memang selalu menguntit ke manapun Aurel pergi, bahkan saat pergi dengan Orion pun Brandon selalu mengikutinya dari belakang.

Brandon selalu melihat bagaimana senyum manis Aurel yang menjadi candunya, selalu melihat tingkah lucu Aurel yang selalu membuatnya gemas. Tidak lupa dia juga memotret beberapa keseharian Aurel, sehingga kini si ponselnya terdapat potret Aurel dengan berbagai ekspresi.

"Kenapa diem? Bener kan apa yang gue bilang?" Dani tersenyum miring. Tanpa Brandon menjawab pun dia sudah tahu dari tatapan lelaki itu.

Tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Dani. Brandon segera menaiki tangga untuk menuju lantai dua.

Brandon mendongakan kepalanya saat kini dia dapat melihat bintang dari balkon kamar yang berada di markas draco.

"Kamu apa kabar, Cia?"

"Abang kangen banget sama kamu, kamu kangen gak sama abang?" Brandon menunduk saat air matanya mulai mengalir.

Walaupun Felicia sudah 3 tahun pergi meninggalkan nya, tapi dia tidak pernah melupakan Felicia.

Hidup bersama  selama sembilan bulan di perut sang mama, membuat keduanya mempunyai ikatan batin yang kuat. Bahkan saat setelah Brandon mendapatkan kabar bahwa adiknya sudah tak bernyawa dia sempat jatuh sakit dan di rawat selama 2 Minggu.

Saat itu, hidupnya benar - benar terpuruk, dia kehilangan kembarannya, separuh jiwanya, kebahagiaan nya. Dari situlah mulai terbentuk nya sebuah rasa amarah yang bergejolak di dada nya ketika melihat Orion, dia benci Orion! Dia akan menghabisi lelaki itu! Dia berjanji akan menghabisi orang - orang yang dekat dengan Orion

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang