9

484 237 58
                                    

Sore ini taman kota terlihat sangat ramai, banyak pasangan muda mudi bahkan pasangan lansia di sana. Aurel tersenyum tipis, rasanya dia sudah lama sekali tidak merasakan suasana seperti ini.

Matanya menyusuri ke seluruh penjuru taman. Tatapan Aurel kini berpusat pada sebuah keluarga di mana terdapat seorang bocah perempuan dan pasangan suami istri. bocah perempuan itu berada di tengah - tengah, tiba - tiba bocah itu trejatuh, dan sang ayah langsung menggendong nya dan sang ibu langsung menenangkan  agar bocah itu tidak menangis.

Aurel tersenyum kecut dia merasa iri terhadap bocah itu, kapan dirinya mendapatkan perlakuan itu dari keluarganya. Kaki Aurel mengayun menghampiri penjual ice cream, moodnya sedang down, dan cara mengembalikannya itu dengan es krim.

Saat setelah membeli ice cream, ketika Aurel akan kembali pada tempat yang tadi, Aurel tiba - tiba mendengar suara tangisan. Seorang bocah perempuan menangis tidak jauh dari tempatnya berdiri, Aurel segera menghampirinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Aurel pada

Bocah yang sedang menangis itu mendongak kan kepalanya, Aurel tersenyum gemas. Bocah itu terlihat lucu dengan mata sembab, hidung merah, dan pipi tembam yang di penuhi oleh air mata.

"Aku tersesat," jawab bocah itu.

"Ko bisa? Emang tadi kamu ke sini sama siapa?"

"Aku tadi ke sini sama bang rion, Abang nyuruh aku nunggu, tadi bilang nya dia mau ke toilet, tapi sampai sekarang Abang gak balik lagi," ucap bocah itu dengan tangis yang semakin keras.

Aurel menggaruk kepalanya gatal, Aurel menatap bocah empat tahun yang ada di depannya, dia bingung harus apa, rasanya dia tidak tega melihat bocah menggemaskan itu menangis.

"Lapar, pengen ice cream," kata bocah itu dengan suara yang bergetar.

Aurel menatap ice cream yang ada di tangannya, dan bocah itu bergantian. "Nih buat kamu."

"Beneran kak?" Aurel menganggukan kepalanya, bocah itu pun langsung menerimanya.

"Kamu tau alamat rumah kamu? Siapa tau nanti kakak bisa anterin."

"Aku tau, tadinya aku pengen pulang, tapi aku  gak tau harus naik apa."

"Ya udah kamu habisin dulu ya ice cream nya, nanti kakak anterin kamu pulang."

Seorang lelaki menundukan kepalanya, dia menatap wanita yang ada di depannya dengan perasaan takut.

"Kamu itu gimana sih Rion, mamah nyuruh kamu jagain Lala, tapi kenapa dia bisa hilang," ucap wanita dewasa itu dengan air mata yang bercucuran.

"Mah Rion minta maaf, Rion tau Rion salah, tapi tadi itu Rion benar - benar kebelet, Rion juga udah nyuruh Lala buat nunggu, tapi dia nya malah gak ada."

"Lala itu masih kecil Orion, dia belum ngerti apa - apa, gimana kalau ada orang yang jahatin Lala, terus bawa dia kabur?"

Orion menundukan kepalanya, harusnya dia tadi bisa menahan, kalau dia tidak meninggalkan adiknya, mungkin kejadian nya tidak akan seperti ini.

"Gimana Lala nya udah ketemu belum?" Tanya seorang pria dengan tangan yang menenteng jas.

Rani yang merupakan ibu Orion segera berlari, dia menghambur ke pelukan suaminya. "Pa, Lala hilang, mamah takut kalau terjadi sesuatu sama Lala."

"Mamah tenang ya, jangan berfikir buruk dulu," Danu mencoba menenangkan istrinya, matanya kini menatap tajam ke arah putranya.

"Assalamualaikum," perhatian mereka kini teralih pada seseorang yang baru saja mengucapkan salam.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang