26

351 86 19
                                    


Berkali kali Aurel melirik kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah satu jam lebih, dirinya menunggu Satria. Tapi lelaki itu belum juga kembali.

Tadi saat pulang sekolah Satria mengiriminya pesan bahwa dia akan menjemputnya pulang. Tentu saja Aurel merasa senang. Karena kapan lagi satria berbaik hati padanya?

Dengan senang hati Aurel menerima tawaran itu, tapi saat di jalan satria mendapat sebuah panggilan dari temannya yang mengharuskan satria pergi dan meninggalkan Aurel di pinggir jalan.

Aurel melirik ke arah sekitar, jalan ini bukan jalan yang biasa dia gunakan untuk pulang. Di sini begitu banyak pohon yang menjulang tinggi dan tak jauh dari tempat Aurel berdiri ada sebuah bangunan kumuh yang di depannya terdapat beberapa motor yang berjejer.

Dia mengusap lehernya saat bulu kuduknya tiba - tiba berdiri. Bagaimanapun dia tidak tahu menahu tentang tempat ini.

"Abang kemana sih?" Gumam Aurel.

Langit berubah menjadi kelabu di sertai Sambaran petir dan angin berhembus kencang yang menandakan sebentar lagi akan hujan.

Hari ini dirinya benar - benar merasa sial. Pertama dirinya di tinggalkan oleh satria begitu saja di pinggir jalan, kedua baterai ponselnya habis, dan ketiga tidak ada kendaraan umum yang lewat satunpun.

Suara deru motor dari arah belakang mengalihkan perhatian Aurel. Matanya memicing saat ada sekitar empat motor menghampirinya. Sepertinya Aurel pernah bertemu dengan mereka, tapi di mana?

Aurel tersentak kaget saat empat motor tadi sudah mengepung dirinya.

"Hai long time no see, Aurelia Oleander."

Seorang lelaki membuka helm full face nya di hadapan Aurel. Sontak Aurel membulatkan kedua matanya saat mengenali siap mereka. Ya, mereka adalah draco yang tak lain musuh dari arvegas.

"Mau apa lo?" Tanya Aurel dengan gugup, saat kini dirinya telah di kelilingi oleh orang - orang yang menurutnya menyeramkan.

Sebuah alaram bahaya berbunyi, Aurel segera berlari untuk menghindari mereka.

"Kejar!" Intruksi Brandon pada seluruh anggota draco.

Aurel semakin mempercepat larinya saat ke empat orang orang sudah dekat jaraknya. Karena terlalu fokus untuk terus berlari, Aurel tidak memperhatikan jalan.

Bruk

Sial. Dirinya menginjak tali sepatu yang terlepas, hingga kini dirinya terjatuh ke atas aspal dan lututnya mengeluarkan darah.

Dengan sisa kekuatan yang di punya, Aurel segera berdiri dan sesekali meringis saat lututnya terasa perih.

Meskipun Aurel sudah berlari secepat mungkin, tapi tetap saja dirinya kalah. Dan lihatlah, saat ini dirinya sudah di kepung oleh dua orang lelaki di depannya dan dua orang lelaki di belakang nya.

"Bawa dia," intruksi Brandon sang ketua draco. Setelah mendapat intruksi sang ketua, mereka pun segera menyeret Aurel dan membawanya ke markas yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Lepasin gue," Aurel terus memberontak saat ke dua lelaki tadi terus menyeretnya ke sebuah bangunan kumuh yang sempat di lihatnya tadi.

Mereka semua tidak memperdulikan jeritan Aurel yang memintanya untuk di lepaskan.

Aurel meronta saat kini tubuhnya duduk an di sebuah kursi kayu yang berada di ruangan gelap dan lembab. Tidak lupa juga kini kedua tangannya terikat.

"LEPASIN GUE!" teriak Aurel tepat di depan wajah Brandon.

Brandon menatap Aurel tanpa ekspresi, tangan kanannya terangkat menampar pipi kanan Aurel. Sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring.

"Gak usah banyak bacot! Cukup lo diam di tempat ini dan lo akan aman!" setelah mengatakan itu Brandon melangkahkan kakinya meninggalkan Aurel yang menagis tersedu di dalam gudang.

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang