22

367 103 25
                                    

Aurel menundukan kepalanya saat kini seluruh pasang mata menatap kearahnya yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

Mungkin mereka merasa heran karena pagi ini cuacanya cukup terik tapi kenapa Aurel mengenakan sweater?

Hari ini Aurel memang sengaja menggunakan sweater ke sekolah, karena untuk menutupi luka - luka yang tercetak di tubuhnya.

Tangannya terangkat memijit kepalanya yang terasa pening, pandangannya pun tiba - tiba mengabur. Badan Aurel hampir saja terhuyung saat seseorang menabraknya.

"Hey, kalau jalan tuh hati - hati dong," ujar seseorang yang saat ini menopang tubuh Aurel.

Seorang lelaki memakai kacamata yang sempat menabrak Aurel pun menghentikan langkahnya. Kepalanya menunduk saat melihat sorot tajam yang di layangkan oleh Orion.

"M-maf," ujar nya terbata.

Orion mendengus, dia tidak memperdulikan lelaki culun itu. Kepalanya menunduk melihat keadaan gadis yang ada di dekapan nya.

"Are you okay?" Tanya Orion saat melihat wajah Aurel yang begitu pucat.

Aurel hanya menganggukan kepalanya, dia berusaha untuk menetralkan kembali pandangannya.

"Gue anterin ke kelas ya?" Tawar Orion yang merasa begitu khawatir melihat penampilan Aurel yang begitu memprihatinkan.

"Gak usah gue bisa sendiri ko."

Saat baru beberapa langkah, Aurel merasakan sebuah cairan kental berwarna merah yang keluar dari lubang hidungnya. Dia menyeka darah itu dengan ujung tangan sweter. Bukannya berhenti tapi darah itu semakin banyak.

Kedua tangan Aurel mencengkram kepalanya yang terasa kembali berkunang - kunang.

Orion yang melihat gelagat Aurel mencurigakan segera menghampiri gadis itu. Tangannya menahan tubuh Aurel yang hendak ambruk untuk kedua kalinya.

"Dasar batu," gumam Orion menggendong Aurel ala bridal style.

Aurel yang masih setengah sadar pun memberontak dalam gendongan Orion. Dia sekarang merasa malu karena menjadi tontonan oleh seluruh murid yang baru saja datang.

"Yon, turunin gue," bisik Aurel lirih

Orion tidak mendengarkan kata Aurel. Dia terus menggendong tubuh gadis itu dengan wajah datar. Sedangkan Aurel kini menyembunyikan wajahnya di dada Orion.

Setelah tiba di UKS, Orion mendudukan tubuh Aurel di atas brankar UKS. Kedua kakinya melangkah ke arah laci tempat di mana menyimpan obat - obatan.

Setelah apa yang di cari Orion sudah di dapat, kini dia kembali melangkahkan kakinya ke arah, Aurel. Dia duduk di hadapan gadis itu dan menyerahkan beberapa lembar tisu  untuk Aurel gunakan menyeka darah di hidungnya.

Kapas yang sudah di tuangkan oleh cairan anti septik itu di arahkan ke sudut bibir Aurel yang terluka. Sesekali Orion meringis saat mendapati banyak luka di tubuh gadis itu. Orion penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada gadis di hadapannya ini?

"Sakit?" Tanya Orion saat melihat wajah Aurel nampak datar. Bahkan tidak mengeluarkan ringisan sedikit pun.

"Engga," jawab Aurel menggelengkan kepalanya. "Arkkkhh sakit ege," Aurel berteriak kencang saat Orion sengaja menekan lukanya.

"Tadi katanya gak sakit?" Tanya Orion polos.

"Ya kalau di tekan gitu mah sakit, bege," Aurel menoyor wajah Orion.

Orion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat melihat Aurel meringis kesakitan.

"Sakit banget ya?"

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang