Pagi ini terlihat nampak cerah, suara kicauan burung saling bersahutan untuk membangunkan makhluk bumi yang masih terlelap di kasurnya.
Mata seorang gadis yang terlelap di atas brankar rumah sakit itu kini perlahan terbuka, akibat silau matahari yang masuk melalu celah gorden.
Orion yang melihat Aurel akan sadar pun bibirnya menyungging senyum, dia segera menghampiri brankar Aurel.
"Rel, Lo udah sadar?" tanya Orion dengan binra di matanya.
Orion hendak keluar, untuk memanggil dokter. Tapi Aurel segera menahannya. "Kenapa? Apa ada yang sakit?"
Aurel hanya menggelengkan kepalanya. Bibirnya bergerak untuk mengucapka sebuah kata. "H-haus."
Dengan sigap, Orion pun segera menggapai sebuah gelas yang berada di atas nakas, samping brankar. Ia juga membantu Aurel bangun.
Setelah meminum air dari setengah gelas itu, Orion kembali menyimpan gelas itu di atas nakas.
"Ada yang sakit?" tanya Orion mengusap rambut Aurel.
Aurel hanya menggelengkan kepalanya. "Kenapa gue ada bisa di sini?" tanya Aurel.
"Lo gak ingat? Dua hari yang lalu, lo nolonging gue dari tusukan pisau yang di layangkan Feryi," tutur Orion menjelaskan kejadian.
"Dua hari? Berarti gue--"
"Ya, Lo udah gak sadar dua hari."
Ah, pantas saja saat tadi Aurel bangun, dia merasa dirinya sudah lama sekali tidak bangun.
Manik aurel menatap ke seluruh penjuru ruangan,seperi sedang mencari sesuatu.
"Cari apa?" tanya Orion.
"Bokap gue mana?"
"Bokap lo?" Orion mengernyitkan keningnya bingung. Pasalnya, sedari tadi tidak ada siapapun yang masuk ke dalam ruangan Aurel.
"Iya, bokap gue. Tadi dia datang ke sini, dia bilang kalau dia sayang sama gue. Terus dia juga elus kepala gue, dan cium kening gue juga."
Orion menatap sendu ke arah Aurel. Dia tahu, gadis itu mungkin rindu perlakuan hangat dari sang ayah, sampai dia terbawa mimpi.
"Lo tuh cuman mimpi."
"Enggak, Yon. Gue gak mimpi, gue berasa itu tuh kaya nyata banget!"
"Hei, nyata bagaimana? Buakan nya lo baru sadar beberapa menit yang lalu? Terus pas lo sadar apa lo ngelihat orang lain, selain gue?" Tanya Orion menangkup pipi Aurel.
Kedua mata Aurel berkaca - kaca. Ternyata benar,dirinya hanya mimpi. Tapi Aurel rela tidur panjang, jika dalam mimpinya ayahnya itu begitu menyayanginya.
Orion yang merasa tidak tega pun segera membawa Aurel ke dalam pelukan nya. Aurel menumpahkan segala tangisnya dalam dekapan hangat Orion.
"Gue kangen keluarga gue, Yon. Kenapa gak ada satupun keluarga gue yang berkunjung? Apa mereka gak tahu kalau gue masuk rumah sakit?"
Orion terdiam ketika mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Aurel. Sebenarnya, sejak hari pertama Aurel masuk rumah sakit, Orion sudah mengabari seluruh anggota Aurel. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang datang kesini.
"Lo dengerin gue, walaupun keluarga lo gak peduli sama lo, ada keluarga gue yang akan selalu peduli. Walaupun seluruh dunia membenci lo, gue akan tetap menyayangi lo. Lo masih punya gue sebagai rumah untuk pulang," Aurel segera memeluk Orion erat. Dia beruntung sekali bisa mengenal lelaki seperti Orion.
Tangan Orion terangkat menghapus air mata yang membasahi pipi Aurel. "cantik nya iyon gak boleh nangis."
Aurel memejamkan matanya saat sentuhan tangan Orion terasa nyaman. Kini, tangan Orion mengusap bagian bibir Aurel yang nampak memucat. Orion menatap Aurel, seolah meminta persetujuan.
Masih dengan mata yang terpejam, Aurel pun menganggukan kepalanya. Orion memiringkan kepalanya, mereka berdua semakin mendekat.
BRUK!!
suara benda jatuh dari arah pintu masuk membuat keduanya segera menjauhkan dirinya masing - masing. Orion menatap tajam ke arah teman teman nya yang kini malah menyengir tidak berdosa di depan pintu.
"Woyy! Turun napa! Badan kalian tub berat tahu!" gerutu Bobby saat kini posisi tubuhnya di paling bawah. Sedangkan tiga teman nya berada di atasnya.
Rupanya sejak tadi teman - teman nya itu sedang mengintip di balik pintu yang terbuka sedikit. Akibat saling mendorong, jadilah mereka ber empat jatuh. Sedangkan Galang dengan santai nya masuk ke dalam ruangan dengan parcel buah di tangan nya.
"Aduh, badan gue encok nih," Bobby meregangkan tubuhnya saat pinggangnya kini terasa sakit.
"Azab karena ngintip orang pacaran itu tuh," cibir Orion.
"Yaelah, Yon, kita gak ngintip ko. Tadinya kita mau masuk, tapi nunggu waktu yang pas dulu, soalnya kan gak enak kalau lo pas kiss, tiba - tiba ada orang lain masuk," Aurel menundukan kepalanya saat pipinya terasa memanas. Kenapa Bobby begitu frontal sekali?
Bobby berjalan menuju arah nakas, dia membuka bungkus parcel yang tadi Galang bawa dan dengan tidak berdosa nya dia pun mengambil apel merah dan memakan nya.
Elvan yang melihat aksi tak semonoh Boby pun langsung menggeplak kepala belakang sahabtatnya. "Itu kan, buat Bu ketu, kenapa lo makan, bego!"
"Ya kan gue juga ikut patungan, terserah gue dong."
"Lo tuh ya..."
"Udah gapapa ko, Van," lerai Aurel nemotong pertikaian Elvan dan Bobby.
"Tuh kan, Aurel nya aja gapapa," ujar Bobby santai sambil memakan apel merah tersebut.
"Sahabat gue pada gak ikut ya?" tanya Aurel.
"Mereka lagi pada belajar di sekolah," jawab Sean tanpa mengalihkan pandangan nya pada ponsel.
"Ko kalian bisa di sini? Emang nya gak belajar?"
"Ya kan, kita sebagai anggota yang baik tuh pengen jenguk buketu," serobot Bobby.
"Bilang aja lo males belajar," Orion melaporkan bungkus Snack pada sahabatnya.
"Yaelah yang kiss nya di ganggu mah sensi Mulu."
"Ngomong apa lo" Orion melototkan matanya ke arah Bobby.
"Ion, udah ih gak usah ribut," Aurel mengelus lengan Orion untuk menenangkan nya.
Orion pun menumpukan dagu di ceruk leher Aurel. Dia menghirup aroma tubuh kekasihnya, walaupun sudah dua hari belum mandi tapi kekasihnya itu tetap wangi.
"Yon, masalah sunmori besok gimana?" tanya Galang.
"Kalian aja deh, gue mah gak ikut," jawab Orion.
"Wah! Gue pengen ikut sunmori dong!" Sumringah Aurel.
"Kan lo ketuanya, masa lo gak ikut sih?" Protes Sean.
"Ya kan, masih ada Galang. Jadi bisa di wakilin dia."
"Gak! Lo tuh masih sakit gak ada sunmori - sunmori an," larang Orion pada Aurel.
"Dih ko gitu sih," Aurel mencebikan bibirnya kesal. Ia sedikit menjauhkan posisinya dari Orion.
"Pokonya gue mau ikut sunmori. Titik!" ucap Aurel tidak bisa di ganggu gugat.
"Ya tapi kan..."
"Kalau lo gak izinin, gue gak mau ngomong sama lo selama tiga bulan!"
Akhrnya Orion hanya bisa menghela nafas pasrah. Karena daripada dia di diamkan Aurel, lebih baik dia mengizinkan kekasihnya ikut saja.
Sedangkan Aurel melihat wajah pasrah Orion pun langsung bersorak senang. Pedahalkan tadi dirinya hanya bermaksud untuk menakuti Orion saja, tapi di luar dugaan ternyata lelaki itu langsung mengizinkan nya.
Hallo, Orion update lagi
Gimana nih puasanya?
Untuk yang menjalankan puasa, semangat terus ya puasanya❤️
Maaf jika Orion udah jarang banget update, tapi semoga kalian tetap setia menunggu update an nya ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/307009840-288-k556860.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Teen FictionDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...