Orion mengacak rambutnya frustasi, ke mana sebenarnya Aurel pergi? mengapa menjelang petang gadis itu belum pulang juga. Dia sudah berada di rumah Aurel sejak pulang sekolah, tapi Aurel tidak terlihat sedikitpun, bahkan di sekolah pun dia tidak ada.
Hawa dingin yang berhembus membuat Orion merapatkan jaketnya. Hujan deras yang mengguyur sudah berhenti sejak setengah jam yang lalu.
"Den, mending masuk dulu aja ke dalam, di luar hawanya dingin banget," ujar bi sari.
"Iya bi bentar lagi, saya lagi nunggu Aurel pulang dulu," jawab Orion.
BI sari menatap prihatin pada kekasih nona mudanya yang sudah berjam - jam menunggu nya pulang. Sebenarnya bi sari juga merasakan yang sama, jelas saja dia merasa khawatir karena sampai sekarang Aurel belum ada kabar. Wanita paru baya itu takut terjadi sesuatu pada Aurel yang sudah dia anggap seperti anak ya sendiri.
"Ya udah bibi ke dalam dulu ya, mau bikinin teh. Biar tubuh aden sedikit hangat," Orion hanya memberi respon dengan anggukan kepala.
Tangan yang hendak mengambil handphone yang berada di saku jaket itu terhenti saat melihat sebuah taxi yang berhenti.
Mata Orion membelakak kaget saat melihat siapa yang turun dari taxi. Dia segera menghampiri orang itu yang terlihat kacau.
"Rel, lo kenapa?" Tanya Orion saat melihat penampilannya yang begitu berantak dan baju yang kotor oleh tanah merah.
Aurel hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tubuhnya terasa lemas setelah berdiam diri di bawah guyuran hujan.
Karena melihat keadaan yang tidak memungkinkan, Orion tidak ingin bertanya lebih banyak lagi pada gadis itu. Dia segera menuntun Aurel memasuki rumah setelah membayar taxi yang di tumpangi Aurel.
Bi sari yang melihat majikannya yang terlihat berantakan pun segera meletakan nampan yang berisi teh itu di meja ruang tamu, lalu dia berlari panik ke arah majikannya.
"Astaga non, kenapa bisa begini?" ujar bi Sari dengan panik.
"Aku gapapa ko, bi, tadi cuman habis amin hujan - hujanan, " Aurel tersenyum dengan bibir yang memucat.
"Ya ampun non teh kenapa malah hujanan kan udah tau kalau non gak bisa kehujanan sedikit pun," ujar bi sari panik.
"Urel gapapa ko, bi," jawab Aurel tersenyum meyakinkan.
"Bi tolong bikinin teh hangat sama bubur ya, terus nanti bawa ke kamar Aurel," ucap Orion.
Bi sari mengangguk, yang kemudian Orion segera menggendong tubuh Aurel ala bridle style. Aurel memberontak, pedahal kan dia bisa jalan sendiri. Kenapa harus di gendong?
"Diem, atau gue gubragin," ancam Orion.
Aurel diam, akhirnya dia menurut agar di gendong Orion. Setelah tiba di kamar Aurel, Orion menyuruhnya untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu.
Setelah 15 menit berada di kamar mandi, kini Aurel keluar dengan wajah yang lebih segar. Orion menepuk sofa di bagian sampingnya, menyuruh untuk Aurel duduk.
"Pusing?" Tanya Orion saat Aurel malah merebahkan tubuhnya dan menggunakan paha Orion sebagai bantal.
"Sedikit," Aurel memejamkan matanya saat tangan Orion memijat kepalanya dengan lembut.
Baru saja Aurel hendak menutup matanya ketukan pintu mengalihkan media sejoli itu.
"Bentar ya, gue buka pintu dulu," Orion mengambil bantal untuk Aurel.
Saat pintu terbuka, terpampang lah bi sari yang sedang membawa sebuah nampan. Orion mengambil alih nampan itu.
"Terimaksi ya, Bi."

KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
TeenfikceDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...