4

669 298 68
                                    

Happy reading❤️

Setelah keluar dari toilet, bukannya masuk kelas tapi Aurel malah pergi ke kantin. saat ini lorong sekolah terasa sepi, karena jam pelajaran masih di mulai. mulut Aurel sedari tadi tidak berhenti meniup permen karet.

"Lea," Aurel tidak menghiraukan itu, karena dia tidak merasa namanya terpanggil.

Saat orang yang di panggilnya tidak merespon, Atlas berlari mengejar gadis yang sedari tadi mengunyah permen karet itu.

"Lea, lo dari tadi gue panggil, ko gak nyaut sih," ujar Atlas saat berhasil menyamakani langkahnya dengan Aurel.

"Lo panggil gue?" Tanya Aurel menaikan sebelah alisnya.

"Kalau gue gak panggil lo, terus gue panggil siapa? Kan cuman lo doang yang ada di sini," ucap atlas merasa gemas.

"Sorry, gue kira lo bukan manggil gue, lagian ko lo manggil nya Lea sih, kan nama gue Aurel."

"Gue sebut Lea itu ngambil dari kata Oleander, anggap aja itu panggilan khusus dari gue."

"Oh gitu ya," Aurel manggut manggut, dia tidak tau apa tujuan atlas menggunakan panggilan khusus untuknya.

"Gapapa kan?" tanya Atlas hati - hati.

Aurel menggelengkan kepalanya pelan. "Oh iya tadi lo manggil pasti mau ngambil jas OSIS ya?tapi sorry jas nya belum bisa gue bawa, soalnya masih basah."

Atlas tersenyum, tangannya terangkat keatas mengacak rambut Aurel gemas. "Ngga ko, gue cuman mau ngasih minum doang, Lo pasti haus kan?"

"Makasih ya, tau aja deh kalau gue haus," Aurel menerima minuman  isotonik yang di sodorkan Atlas.

"Ya udah sekarang lo ke kelas ya, inget gak boleh bolos."

"Siap pak ketos," ucap Aurel sembari memberi hormat ke arah Atlas.

Atlas tersenyum, dia menahan gemas kearah gadis yang ada di depannya, rasanya dia ingin sekali mencubit pipi chubby milik Aurel itu, tapi rasanya dia malu melakukan itu, karena dia bukan siapa - siapa Aurel.

Tapi entah kenapa ketika dia berada di samping Aurel, jantung nya selalu berdebar dengan kencang, dia tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang saat ini dia rasakan.

"Atlas," teriak Aurel melambai - lambaikan tangannya di hadapan Atlas.

"Eh iya kenapa Lea?"

"Lo tuh kenapa sih dari tadi gue bilang gue pamit mau ke kelas, tapi lo nya malah bengong terus, mana pake senyum - senyum segala."

"Gue gapapa ko," atlas merasa kikuk sendiri saat ke pergok bahwa dirinya saat ini tengah memikirkan Aurel.

"Ya udah kalau gitu gue ke kelas ya," pamit Aurel.

"Hati - hati ya."

"Atlas, gue itu cuman mau ke kelas, kenapa pake bilang hati - hati segala."

"Ya kan takutnya lo nabrak tihang atau dinding gitu."

"Lo tuh aneh banget sih, oh ya thanks ya minum nya."

"Sama - sama," setelah mendengar jawaban atlas, Aurel berjalan meninggalkan atlas yang masih berdiri di koridor dengan perasaan yang tidak karuan.

Saat berada di ujung koridor dekat tangga, seseorang membekap dan menarik lengan Aurel lalu membawanya ke kelas kosong yang sudah terbengkalai dan jarang sekali di lewati murid.

Aurel nemberontak dia menggigit tangan sang pelaku, lelaki itu meringis saat gigi Aurel menancap di telapak tangannya.

"Lo," mata Aurel melotot kaget saat melihat sang pelaku. "Lo mau ngapain, lo mau mesumin gue kan? Ngaku lo."

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang