Aurel menekuk wajah nya masam, saat pulang sekolah tadi Orion memaksa dirinya untuk pulang bersama lelaki menyebalkan itu. Aurel sudah menolaknya beberapa kali, tapi bukan Orion namanya jika tidak memaksa.
Dan di sini lah mereka berdua, berada di atas motor berwarna hitam yang menyatu dengan pengendara lain di jalanan.
Terik matahari yang begitu menyengat membuat Aurel berdecak beberapa kali. Di tambah dengan jalanan yang begitu macet, karena bukan Jakarta namanya jika tidak macet dan panas.
Orion melirik kearah spion. Terlihat Aurel yang sedang menggerutu tidak jelas dengan bibir yang mengerucut.
"Gak usah monyong terus tuh bibir, emang nya mau gue cium?"
Sontak Aurel langsung menutup bibirnya dengan kedua telapak tangan. Orion yang melihat tingkah Aurel yang menggemaskan itu terkekeh. Namun tak berselang lama kekehan nya itu tergantikan dengan ringisan saat Aurel mencubit pinggang nya.
"Diem lo!" ujar Aurel dengan melototkan kedua matanya.
Bukannya terlihat seram, Aurel malah terlihat lucu dengan mata yang melotot. Orion semakin di buat tergelak dengan tingkah Aurel yang nampak menggemaskan di matanya.
"Diem atau gue loncat," ancam Aurel.
"Tinggal loncat aja kalau lo berani," tantang Orion.
"Eh, apaansih lo?!" ujar Orion saat motornya hilang keseimbangan karena Aurel terus menggoyangkan tubuhnya di jok belakang.
"Gue mau turun."
"Gak!" ujar Orion dengan datar.
Tidak menyerah, Aurel terus menggoyangkan tubuhnya sehingga membuat motor itu hampir oleng. Orion berdecak kesal, dia harus berusaha untuk tetap menjaga keseimbangan agar motornya tidak jatuh akibat ulah Aurel.
Aurel menyerah seberapa pun usahanya untuk turun, Orion tetap keras kepala. Sehingga kini dia hanya diam dengan tangan yang di lipat di dada.
Dengan sengaja Orion menarik pedal gasnya sehingga membuat Aurel memekik karena hampir terjungkal. Secara refleks dia pun memeluk Orion dari belakang. Saat hendak melepaskan pelukannya tangan Orion menahan nya.
"Lo tuh modus ya, bilang aja mau di peluk sama gue," maki Aurel.
"Diem!" sebelah tangan Orion mengelus telapak tangan Aurel yang melingkar di perutnya.
Motor Orion dan kendaraan yang lain berhenti berhenti saat rambu - rambu berwarna merah.
"Lo tau gak perbedaan lo dan lampu merah?" Ujar Orion menatap lampu merah yang mulai menghitung mundur.
"Gak tau dan gak ingin tau!" jawab Aurel dengan ketus.
"Kalau lampu merah membuat kendaraan berhenti. Kalau lo membuat gue gak akan pernah berhenti mencintai lo."
"Gak nyambung ege," Aurel menoyor helm yang di gunakan oleh Orion.
Orion menggaruk keningnya yang gatal, benarkah tidak nyambung? Padahal dia sudah mencari kata itu sejak 7 hari 7 malam.
Rambu - rambu lalu lintas pun berubah menjadi warna hijau. Semua kendaraan pun mulai melaju kembali untuk tiba ke tempat tujuan mereka.
Suasana di atas motor menjadi hening. Orion yang fokus menyetir, dan Aurel menikmati hembusan angin yang menerbangkan helaian rambutnya dengan menyenderkan kepalanya punggung Orion.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit. Kini motor Orion berhenti di sebuah gedung pusat perbelanjaan yang secara arsitektur dengan suhu yang sudah diatur. Dan di dalamnya terdapat beberapa toko, bahkan terdapat berbagai macam tempat bermain. Orang lain biasa menyebut dengan mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Teen FictionDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...