Seorang gadis keluar dari ruangan guru dengan bibir yang terus menggerutu dan di tangan nya terdapat setumpuk buku.
"Heran deh gue, kenapa sih cowok di kelas gue itu pada males. Ujung - ujung nya gue juga kan, yang harus ngambil nih buku."
Saat ini dirinya di suruh mengambil buku paket di ruang guru oleh guru yang mengajar di kelasnya. Harusnya yang mengambil ini adalah ketua kelas, tapi di karenakan ketua kelasnya yang terlalu malas, jadilah Risa yang mengambilnya
"Aurel, Belinda, Tania juga giliran urusan beginian mah pad gak mau ngantar," lanjutnya terus mendumel.
Karena buku yang terlalu banyak Risa kesulitan untuk melihat kearah depan. Alhasil dia menabrak seseorang yang sedari tadi memainkan ponselnya.
Bruk
"Astaga," Rissa mendesah berat saat dirinya bertabrakan dengan seseorang dan kini semua buku paketnya berserakan di lantai.
"Eh sorry - sorry, gue gak sengaja," ujar lelaki itu. Lalu dia berjongkok dan mulai memunguti buku paket yang tak sengaja di jatuhkan nya.
Risa menghela nafas kasar. Dia menyelipkan Surai cokelat yang sengaja di gerai ke belakang. Lalu dia ikut memunguti buku itu.
"Udah gapapa, biar gue aja," ucap Elvan saat Rissa hendak membantu dirinya.
"Bawel lo! Biar cepat mangkanya gue bantuin."
Elvan tersenyum tipis, cewek di depannya ini terlihat lucu ketika sedang marah. Apalagi jika di tambah dengan bibir mengerucut dan pipi yang mengembung. Elvan kan jadi semakin ingin memakannya.
Eh, astagfirullah! Sadar Elvan! Lelaki itu segera menggelengkan kepalanya.
Sedangkan Rissa mengerutkan keningnya melihat Elvan yang terus mesem - mesem sembari menggelengkan kepalanya. Risa menengok ke sana ke mari, apakah Elvan kesurupan hantu sekolah? Jika memang iya, itu sangat seram sekali.
"Elvan woyy," Rissa melambaykan tangannya di depan wajah lelaki itu.
"Iya ada apa, cantik?" tanya Elvan yang masih belum sadar.
Rissa segera menginjak kaki lelaki itu untuk membuatnya sadar. "Lo mau godain gue ya?" Rissa melototkan matanya garang.
"E-eh engga ko," seketika Elvan langsung gelagapan.
Elvan merasa gugup, ia merutuki kebodohan nya sendiri karena teeus memperhatikan Rissa sampe ke pergok. Untuk menghilangkan rasa gugupnya lelaki itu pun kembali memungut buku yang masih berserakan di lantai.
"Selesai," ujar Elvan segera berdiri dari jongkok nya dan membawa buku paket itu di tangan nya.
"Makasih ya, karena lo udah mau bantuin gue," ucap Rissa hendak mengambil alih buku paket yang sudah di kumpulkan di tangan Elvan.
"Sama - sama," jawab Elvan.
"Yaudah, sini, biar gue bawa buku paket nya," pinta Risa mengulurkan kedua tangan nya ke depan.
"Eittttss gue aja yang bawa," Elvan berusaha menjadikan jangkauan buku itu dari Rissa.
"Loh? Kan gue yang di suruh nya, kenapa lo yang bawa."
"Ini tuh berat, tugasnya cowok yang bawa beginian. Karena lo cewek, jadi lo gak usah bawa," ucap Elvan melangkahkan kakinya terlebih dahulu.
Sedangkan Rissa di buat melongo oleh tingkah cowok itu. Karena tidak ingin tertinggal jauh Rissa pun segera menyusul langkah lebar milik Elvan.
"Van, masa gue gak bawa apa - apa sih? Bagi dua dong, bawa nya," ujar Rissa.
Elvan pun memberikan satu buku paket pada cewek itu, agar dia diam tidak cerewt terus.
"Van, kan gue minta nya di bagi dua. Kenapa lo ngasih nya cuman satu?" Protes Rissa.
"Udah deh, lo gak usah bawel, lagian bentar lagi juga usah mau nyampe ko."
Kedua sejoli itu pun berjalan beriringan dengan membawa buku di tangan masing - masing.
Dari arah berlawanan, terlihat empat orang siswa yang berpakaian tidak rapi berjalan ke arah mereka.
"Wih, ada angin apa nih? Tumben banget lo mau di suruh ngambil buku paket?" Ujar Bobby. Pasalnya saat di kelas Elvan terkenal paling malas saat di suruh guru, apalagi jika di suruh untuk mengambil buku paket.
"Suka suka gue lah," sewot Elvan.
"Ye, biasa aja dong," sungut Bobby. Matanya kemudian melirik kearah seorang gadis yang ada di samping Elvan.
"Eh, ada neng Larissa cantik," Bobby bersiul menggoda Rissa.
"Lo boleh nge goda cewek lain,tapi jangan Larissa," ujar Elvan menggandeng lengan gadis itu.
"Wih ada yang mulai cembulu nih," sahut Sean.
"Pasihan, Lo, gaje banget," sinis Elvan.
"Yee, yang ada juga Lo yang gaje."
"Bobby, Sean, lo berdua tuh bisanya cuman nge goda teman - teman lo doang," ucap Orion yang membuat kedua sahabatnya itu menyengir kuda.
"Kita ke kelas duluan ya, Lo juga jangan lupa masuk kelas. Gak usah bolos," sambung Orion.
"Sukses ya pdkt nya," ujar Bobby menepuk pundak Elvan sebelum meninggalkan kedua sejoli itu.
Galang menatap Rissa dengan pandangan yang sulit di artikan. Sedangkan Rissa menundukan kepalanya untuk menghindari tatapan tajam dari lelaki itu.
Setelah ke empat siswa berpakaian urakan itu pergi, Elvan dan Rissa kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.
Rissa mengentuk pintu kelas yang tertutup rapat. Setelah mendapat intruksi dari dalam untuk mengizinkannya masuk, Risa pun membuka pintu kelas perlahan.
Elvan dan Rissa memasuki kelas dengan mengucapkan salam. Semua murid yang ada di kelas itu menatap heran ke arah inti Arvegas yang sedang membawa buku paket.
"Ko ngambil buku saja lama sekali? Terus kenapa sama Elvan?" Tanya Bu Yuni yang saat ini mengajar bahasa Indonesia.
"Tadi ada sedikit kendala di jalan, Bu. Mangkanya saya telat, dan kebetulan juga Elvan membantu," jawab Rissa.
"Yaudah, Risa, sekarang kamu silahkan duduk dan kamu Elvan, balik ke kelas kamu!" titah bu Yuni.
Rissa pun menurut, sebelum dia melangkahkan kakinya ke bangku, dia menolehkan kepalanya ke arah Elvan. "Thanks ya udah bantuin gue buat bawa buku," ujar Rissa di sertai dengan senyum manis.
"Sama - sama," Elvan terlihat salah tingkah, terbukti dengan pipi hingga telinganya yang terlihat memerah.
Sedangkan bu Yuni yang melihat Elvan sedang mesem - mesem tidak jelas pun melotot garang ke arah murid bandel itu.
"Elvan ngapain kamu masih berdiri di sini? Gak denger tadi saya bilang apa?!" Titah Bu melototkan kedua matanya.
"Bu, boleh gak saya pindah ke kelas XII IPA aja?"
"Gak bisa!"
"Tapi bu--"
"Kamu balik ke kelas sekarang, atau ibu hukum kamu lari lapangan."
"Iya Bu, iya. Gak asik ah main nya ancaman mulu," dumel Elvan.
Elvan melambaykan kedua tangan nya ke arah Risa, kemudian tangan kirinya mengepal memberi semangat untuk Risa.
"Heh! Udah buruan Sanah, keluar!" Usir Bu Yuni mendorong tubuh Elvan menuju pintu keluar.
"Yaelah. Kaya gak pernah mudah aja," dumel Elvan berjalan menuju keluar kelas XII IPA 5.
Sedangkan bu Yuni hanya menggelengkan kepalanya. Ada - ada saja tingkah muridnya itu.
Setelah berada di luar kelas, Elvan menyenderkan tububya ke dinding seraya memegangi dada nya yang berdegub kencang.
"Haduh, gak bisa, ini gak bisa di biarin. Senyum nya manis banget anjrr, sampe - sampe hati gue meleleh ."
***
TBC
Gimana sama part ini?
Jangan lupa untuk vote + komen ya❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Teen FictionDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...