43

480 8 3
                                    

Kehidupan bagaikan roda yang berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang bahagia, kadang sedih.

Jika di hari kemarin mungkin kita selalu merasakan kebahagiaan, entahlah apa yang akan terjadi di hari esok, atau lusa. Mungkin saja kesedihan yang begitu mendalam yang kita alami.

Tapi, percayalah akan satu hal, setelah ada kesedihan akan selalu ada kebahagiaan yang akan menyambut. Setelah badai menerjang, akan selalu ada pelangi indah yang akan muncul.

Seorang gadis cantik dengan rambut hitam gelam, kini baru saja memasuki kamarnya, ia menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah keatas kasur. Setelah seharian berkeliling di kota Jakarta tentu saja membuat seluruh tubunya terasa pegal. Tapi dia menikmati semua momen yang tercipta hari ini.

Tangan nya meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas yang bergetar, pertanda ada sebuah notifikasi yang masuk. Kedua sudut bibirnya mengembang saat Orion mengiriminya pesan. Lelaki itu mengatakan bahwa dirinya sudah tiba di rumah dengan selamat.

Lamunan nya seketika sirna saat pintu kamarnya di ketuk. Dengan malas - malas an, Aurel bangkit dari atas kasurnya dan membuat pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu.

"Iya bentar. Gak sabaran banget, sih," gerutu Aurel meraih ikat rambut untuk menguncir rambut nya yang terlihat acak - acakan.

"Bunda," ujar Aurel saat pintu kamarnya sudah terbuka, dan kini menampilkan seorang wanita anggun berkepala empat di depan nya.

Seketika Aurel melirik jam yang Ter tempel di dinding kamarnya. Jam baru saja menunjukan pukul setengah 7 malam.

Tumben sekali bundanya ini pulang awal, biasanya Desi akan pulang tengah malam atau bahkan tidak pulang sama sekali.

"Ada apa ya, Bun?" tanya Aurel saat bunda nya itu tak kunjung membuka suara.

"Akan ada makan malem bareng kolega ayah kamu, dan nih. Kamu harus pake baju ini," Desi melemparkan sebuah dress berwana hitam selutut. Untung saja, dengan sigap Aurel menangkap nya.

"Kolega ayah yang mana, Bun?" tanya Aurel penasaran. Pasalnya, sebelum nya Aurel belum pernah dia ajak dinner oleh orang tuanya. Apalagi jika bersama kolega.

Jika Aurel meminta untuk ikut, pasti ayahnya akan selalu menolaknya. Dia selalu mengatakan bahwa Aurel hanya akan membuat malu.

Tapi sekarang, bundanya itu malah mengajaknya. Entahlah, perasaan Aurel jadi tidak enak.

"Sudah, tidak usah banyak tanya. Sekarang kamu mandi dan pakai dress yang saya kasih. Jika dalam 30 menit belum turun juga. Kamu akan tahu akibatnya," setelah mengatakan itu, Desi pun pergi meninggalkan Aurel.

Aurel menghela napas pelan, dia menatap ke arah dress yang ada di tangan nya. Simpel dan elegan.

Karena tidak ingin membuat Desi lebih marah, akhirnya Aurel segera melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk Aurel membersihkan tubuhnya.

Saat keluar dari kamar mandi, Aurel menatap pantulan dirinya di depan cermin meja rias yang sudah di balut dengan dress yang di berikan oleh Desi.

Aurel terlihat cantik mengenakan dress itu, ukuran nya pun sangat pas di tubuh ramping Aurel. Aurel memoleskan liptint pada bibirnya agar tidak terlalu pucat. Tak lupa dia juga menaburkan sedikit bedak bayi pada wajahnya.

Setelah merasa penampilan nya sudah rapi, Aurel bergegas turun ke bawah. Dirinya sudah terlambat 5 menit, bisa di pastikan, pasti Desi akan memarahinya.

Seluruh orang yang ada di ruang tamu mengalihkan pandangan nya kearah tangga saat suara heels di ketukan di atas lantai.

Sosok lelaki ber kameja hitam menatap penuh kagum ke arah gadis yang berjalan dengan anggun. Sungguh, rasanya dia tidak bisa mengalihkan tatapan nya barang hanya satu detik pun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang