Aurel menatap pintu yang ada di depannya ragu - ragu. Tangannya menggantung hendak mengetuk pintu jati itu. Tapi di urungkan nya kembali, selalu saja begitu.
Sudah sejak sepuluh menit yang lalu Aurel berdiri di depan pintu yang bertuliskan 'ceo room'. Tapi dia tidak punya keberanian yang cukup untuk masuk ke dalam, dia takut akan menganggu pekerjaan sang ayah.
Tadi setelah menyelesaikan permasalahan di bawah, Halbert niatnya ingin mengantar Aurel menemui Reno, tapi saat lift berhenti, Halbert mendapat panggilan mendesak, dan mengharuskannya pergi ke ruangan meeting. Jadilah mereka harus terpisah di lorong.
Kepala Aurel celingukan ke sana ke mari, di lantai tujuh belas ini terasa sepi. Karena di lantai ini hanya terdapat ruangan CEO dan meja sekertaris. Mata Aurel mengarah ke meja sekertaris yang berada di depan ruangan ayahnya, kenapa meja itu kosong? Sebenarnya ke mana sekertaris ayahnya itu pergi?
Aurel tersentak kaget saat mendengar suara aneh di dalam ruangan. Seperti suara meja yang berderit, dan entahlah, Aurel juga tidak bisa mendeskripsikan suara yang dia dengar itu. Yang pasti suara itu membuatnya merasa geli.
Berbagai spekulasi buruk mulai berkeliaran di otaknya. Tapi secepat mungkin dia segera menepis semua itu. Dengan langkah sedikit ragu, Aurel membuka knop pintu itu secara perlahan.
Setelah pintu sedikit terbuka, Aurel tidak langsung masuk ke dalam ruangan ayahnya. Dia mengintip terlebih dahulu, apakah ayahnya itu ada di dalam?
Kedua matanya seketika membulat, saat dia menangkap adegan yang tidak semonoh di dalam ruangan ayahnya. Dengan perasaan yang menggebu, dia memasuki ruangan itu.
Seorang wanita yang sedang bercumbu di atas meja ayahnya itu tersentak, saat seseorang menarik bajunya dari belakang.
Plak
Suara nyaring tamparan itu menggema, dan pelakunya adalah Aurel. "Dasar wanita jalang," jerit Aurel memaki wanita yang ada di depannya.
Dia menatap jijk ke arah wanita itu, rambut yang acak - acakan, serta kancing baju yang sudah terbuka.
Reno yang melihat aksi putrinya itu segera menarik Aurel ke pojok ruangan.
"Kamu apa - apaan sih, Aurel, kamu mau buat saya malu?" bisik Reno mencengkram pergelangan tangan Aurel.
"Harus nya aku yang tanya ke ayah, ayah ngapain sama wanita jalang itu?!" Aurel menunjuk wanita yang berpakaian sexsy itu.
"Jaga mulut kamu, Aurel! Dia itu calon istri saya, dan calon ibu tiri kamu."
"Calon ibu aku ayah bialng?" tanya Aurel sembari tertawa, namun tawanya itu justru membuat Reno dan wanita berpakaian sexsy itu ketakutan.
Dengan langkah yang berapi - api Aurel segera menjambak dan menghampiri wanita yang sedari tadi hanya berdiri mematung, tangan nya pun tak tinggal diam dia menonjok Perut, dan menendang betis sang sekertaris ayahnya.
Sekertaris dengan name tag 'Sandra Anjani' itu memekik keras. Perutnya terasa nyeri akibat tonjokan dari gadis yang ada di depannya. Tidak hanya sampai di situ, Aurel pun menjambak, dan membenturkan kepala Sandra pada meja kerja ayahnya.
"Akkhhh! P-pak Reno, tolong saya," Sandra memekik, saat kepalanya terasa akan pecah.
Reno segera menarik Aurel, sebelum dia semakin kurang aja terhadap Sandra.
Plak
Aurel memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Reno, kedua matanya mulai barkaca - kaca. Aurel memang sudah biasa mendapat tamparan, serta pukulan dari ayahnya. Tapi dia tidak mengira bahwa ayahnya akan menampar dirinya hanya untuk wanita jalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION
Teen FictionDILARANG KERAS PLAGIAT✖️ HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA✔️ Sesuatu yang di mulai dengan niat tidak baik pasti akan berakhir dengan tidak baik pula. Begitupun dengan hubungan Orion dan Aurel. Sebuah hubungan yang di mulai dari sebuah permainan antara...