PETAK UMPET

395 28 11
                                    

Sepasang mata yang ada di balik rak tanpa buku, menatap pintu masuk yang tadi dia tutup. Sementara itu, terdengar langkah tanpa wujud, terdengar mulai mendekatinya.

Ruangan terasa hening, menambah jelas saat namanya dipanggil mendesah. "Mala."

Sang pemilik mata semakin merapat ke dalam celah yang hanya bisa menyembunyikan dirinya dengan sedikit mengencangkan perut.

Krek!

Terdengar pintu dibuka, tampak sebuah tangan, dan sosok berambut panjang dengan baju putih hanya berdiri di ambang.

"Aku tahu kalian bersembunyi di sini," katanya dengan suara mendesah.

"Hi hi hi." Disusul tawa.

Dengan menarik satu kaki, tubuh yang ada di balik rak mencoba menutup mulut, matanya tak lepas menatap lekat ke arah pintu.

Sosok itu terus berjalan dengan perlahan. "Waktunya kalian mati. Hi hi hi," katanya diakhiri tawa.

Sosok itu terus melangkah menuju deret rak yang ada di sisi kiri. Dalam satu gerak cepat, dia berteriak menakutkan. "Ha!"

Seketika wajahnya menjadi murung, matanya liar menatap tempat gelap, tak ditemukan sosok yang dia cari.

"Keluar, atau aku akan mengoyak-ngoyak tubuh kalian! Hi hi hi," teriaknya, diakhiri tawa mengerikan, lalu berjongkok. Matanya terlihat membelalak, pun tak di jumpai sosok yang dia cari.

Sementara itu di sisi kanan.

"Bagaimana kalau dia menemukan kita di sini, La?"

"Sst!"

"Tahan suaramu. Aku tidak mau dia mendengar suaramu."

"Aku yakin dia akan menemukan kita, sebab hampir separuh ruangan ini sudah dia kelilingi."

"Mundur, mundur." Suara itu terdengar gemetar.

Keletak!

Keletak!

Sepasang mata di balik rak terus memperhatikan sosok yang memukul-mukul dinding rak kayu, itu tak jauh dari hadapannya.

Seketika dia menarik wajah, saat sosok itu menoleh dengan cepat ke arahnya.

"Celaka! Dia sepertinya melihat kita!" ucapnya dengan mulut ditutupi tangan.

Detak jantung mereka bak berpacu, berdetak, berbarengan dengan suara yang terus ditimbulkan dari sosok yang terus memukul-mukul dinding rak.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Suara itu terdengar semakin keras dan seakan-akan semakin mendekat.

"Aku tahu kalian ada di sana. Hi hi hi," ucapnya, mendesah lalu cekikikan.

Semua belakang rak buku sudah sosok itu datangi, dan sepertinya dia masih belum bisa menemukan orang yang dia cari. Menyisakan satu rak, dengan lorong panjang, gelap, pada bagian belakang yang tak menyatu dengan dinding.

Langkah-langkah yang terdengar pelan melangkah, sudah berada di ujung rak. Matanya melotot dengan senyum menyeringai.

Hanya butuh dua langkah baginya untuk menghadap lorong rak, maka dia akan menemukan sosok yang bersembunyi di sana.

"Aku akan mencekik kalian, mengoyak leher, dan memakan habis organ kalian. Hi hi hi," katanya, malah lebih terdengar menakutkan saat sosok itu memilih tak melangkah, tetapi malah memainkan kakinya ke lantai.

Dok!

Dok!

Bunyi menggema seantero ruangan yang memang sudah tak lagi digunakan.

𝗥𝗘𝗖𝗢 𝗡𝗚𝗚𝗘𝗧𝗜𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang