AKHIR JALAN PUAN

118 17 14
                                    

"Puan, keluarlah, Nduk! Semua tidak seperti yang kau dengar. Pakde bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!"

"Mana mungkin. Mana mungkin dia bisa tak ada di belukar kecil seperti ini, Kakang."

"Kenapa kau malah bertanya, ha! Cari dia!" Justru satu bentak terlontar dari Pakde Saring.

"Ayo! Anak sialan itu harus kita temukan malam ini juga!"

Sementara Puan jongkok dengan memeluk dirinya sendiri, dikelilingi bocah-bocah yang juga ikut bersembunyi.

"Jangan sampai dia menemukan kita," ucapnya, satu bocah lelaki yang memandang Puan dengan tatap mengerikan, bahkan bibirnya bagai tak terlihat sedang mengucapkan kalimat itu.

"Permainan ini akan tetap abadi. Dia benar-benar akan menemukan kita semua."

Seketika Puan menutup telinga, pikirannya sudah dipenuhi dengan semua keganjilan ini.

Krak!

Krak!

Jelas terdengar dekat, langkah-langkah yang terus mencarinya mulai terlihat di hadapannya.

"Sst."

Satu bocah meletakkan jari telunjuk di bibir pucat dengan kulit tipis sebagian mengelopak.

"Puan, di mana kamu!" Pakde Saring terus berteriak, bahkan itu hanya terhalang dua batang jagung.

"Bahkan kita sudah di ujung jalan, Kang. Ke mana dia."

"Apa! Di ujung jalan! Bukankah aku masih di dalam kebun ...." Puan menutup segera menutup mata. Di hadapannya Pakde Saring dan satu lelaki yang dia kenal masih berdiri, tajamnya rimbas seakan menjadi mata yang terus melotot kepadanya.

"Kenapa dia tak melihatku. Apa yang sebenarnya terjadi."

Puan membuka mata. "Apa mereka tak melihat kita?"

Satu bocah perempuan yang diajak bicara mengangguk.

"Tidak melihat kita?" Seakan tak percaya.

Mengangguk lagi.

"Apa?"

Satu anggukan pelan kembali menjadi jawaban.

"Oh!" Puan menutup mulutnya dengan tangan, sungguh dia tak percaya dengan apa yang dialami.

Itu terbukti benar saat Pakde Saring dan lelaki yang terus menggenggam rimbas mulai terlihat melangkah dari hadapan Puan.

"Mereka akan terus mencarimu."

"Kau akan ditemukan."

"Mereka akan membunuhmu."

"Kau akan ditemukan."

"Mereka akan mencarimu."

"Sembunyi agar tak ditemukan."

"Mereka akan membunuhmu."

Ramai suara yang keluar dari mulut-mulut bocah yang tak sedikit pun terbuka, terus menunjuk Puan nan kebingungan.

"Apa maksud kalian!" Setengah ingin menangis Puan dibuatnya.

Mereka terus berkata demikian seraya tak menurunkan telunjuk, lalu berdiri mengelilingi Puan yang sudah pucat oleh takut, membaur dengan kebingungan yang makin menyergap.

"Mereka akan terus mencarimu."

"Kau akan ditemukan."

"Mereka akan membunuhmu."

"Kau akan ditemukan."

"Mereka akan mencarimu."

"Sembunyi agar tak ditemukan."

𝗥𝗘𝗖𝗢 𝗡𝗚𝗚𝗘𝗧𝗜𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang