MALA KEMBALI

102 14 0
                                    

Krek.

"Mbokde!"

"Ke mana Mbokde Renjong?" ucap Gendis setelah menutup kembali pintu kamar.

Daryono menoleh ke arah jam bandul dengan bingkai kayu, terlihat kuno. Pukul tiga pagi.

"Atau mungkin dia sudah bangun." Puan melangkah menuju dapur.

"Terakhir aku bertemu dengannya di warung tenda Kang Odang. Dia pulang dengan membawakan pentol. Aku pikir itu untuk kalian, Mas?"

"Jangan mengada-ada. Kamu pergi begitu saja ke arah pintu, lalu semuanya membuat aku menjadi bingung, dan kini kau katakan bertemu Mbokde Renjong di warung pentol? Makin kuat hatiku berbicara kalau kita dalam masalah besar."

"Jangan menakut-nakuti aku, Mas."

"Tidak ada." Puan hadir setengah tertegun melihat Daryono dengan wajah kesal.

"Sepertinya misteri akan tetap gelap, tidak akan ada titik terang apa yang sebenarnya terjadi."

"Ah, sekarang kita pikir. Mana mungkin Gendis bisa di dalam kuburan bila tidak ada orang yang menguburnya?"

"Iya, itu kalau otak kita waras," celetuk Daryono.

"Tunggu. Aku ingat sesuatu." Gendis menarik tangan Puan untuk masuk ke kamar Daryono, sang pemilik kamar mengikuti dengan rasa penasaran.

"Aku sangat dekat dengan Saring, hingga akhirnya aku disingkirkan di tempat ini. Asing dan menyendiri di rumah ini." Gendis mengingat apa yang Mbah Kus ucapkan.

"Mbah Kus berkata begitu. Aku yakin, dia tak bohong kalau memang atau pernah dekat dengan Pakde Saring."

"Disingkirkan di tempat ini, asing dan menyendiri di rumah ini? Rumah Mbah Kus? Maksudnya?" Puan mencoba mencerna kalimat yang diucapkan Gendis

"Maksudnya apa coba?"

"Bila kenyataannya Mbah Kus sudah meninggal, rumah mana yang dia maksud? Apakah rumah ini dulu adalah rumah Mbah Kus?" Begitu peliknya Puan mencari tahu.

"Dia diasingkan di ...."

"Kuburan," sambar Gendis.

"Benar. Dia diasingkan di kuburan oleh Pakde Saring. Mak ...." Puan masih tak sampai untuk meraih makna ucapan Mbah Kus.

"Kamu bilang kamu ada di dalam rumah Mbah Kus. Iya?" tanya Daryono.

"Iya, Mas. Seperti yang aku bilang tadi," jawab Gendis.

"Rumah Mbah Kus?"

Gendis mengangguk.

"Berarti rumah Mbah Kus adalah kuburan itu." Daryono bersandar lemas di dinding.

"Itu artinya Mbah Kus diasingkan, menyendiri. Mbah Kus dibunuh oleh Pakde Saring! Aku pikir begitu."

Puan hanya menganga mendengar pernyataan Daryono. "Masuk akal kalau Mbah Kus bilang begitu. Terus dia bilang apalagi, Ndis?"

"Apa saja yang dia katakan, Ndis?" serbu Puan.

Gendis mencoba mengingat semua apa yang dikatakan oleh Mbah Kus.

****

"Mereka menginginkan kalian."

"Mereka mengharapkan kalian menemukannya, lalu mengantarnya dengan layak."

"Dengar. Kalian adalah orang luar Banjarsari yang berhasil menginjakkan kaki di kampung ini. Belum pernah ada orang lain yang menginjakkan kaki yang masuk ke Banjarsari melalui jalan paling timur."

𝗥𝗘𝗖𝗢 𝗡𝗚𝗚𝗘𝗧𝗜𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang