"Hubungan kita hanya sebatas keluarga, lantas kenapa aku nyaman dengan dirinya?"
Hay, selamat bertemu lagi dengan gue.
Maaf, aku bikin cerita baru lagi, hehe.
Kali ini ceritanya agak beda sama cerita yang gue buat tentang cowo bucin dengan cewe yang mau-mau gitu.Dilapak ini beda, karakter yang gue pakai cukup menguras emosi pembaca.
Baca bagian 1 dulu kalau udah mantep, lanjut deh yayaya.
*
**
Gadis cantik dengan rambut di kuncir satu itu berjalan melewati koridor yang tengah ramai, pagi ini ia tak berangkat bersama kakaknya, karena kakaknya itu tengah sakit dan berdiam diri dirumah."Amara!" sapaan itu menyapa indra pendengaran gadis itu saat mulai memasuki ruang kelas di 11 MIPA 3.
Amara Adelina Davisa, gadis cantik dan baik hati itu tersenyum menatap sahabatnya yang kini duduk disamping nya.
"Lo udah ngerjain soal mtk belum?" tanya Jane Ginerva. "Katanya hari ini udah harus dikumpul." lanjutnya dengan tangan mengobrak-abrik tasnya.
Amara yang berada disebelahnya dengan santai tersenyum. "Aku udah selesai, tuh kalau mau lihat aja"
Jane dengan segera mengambil buku gadis itu didalam tas. "Ya mau dong, makasih Araaa!" ujarnya dengan tersenyum. Ara hanya menganggukkan kepalanya lalu memainkan ponselnya.
"Dian belum datang?"
Jane mendongak sebentar kemudian melanjutkan menyalin jawaban Amara, "Belum, gak tau sih kenapa"
Lalu tak lama kemudian, gadis dengan cantik dengan wajah datar itu memasuki kelas lalu duduk dimuka Amara dan Jane, kedua sahabatnya.
Amara menatap Diandra yang menoleh kebelakang dengan wajah murung. "Kamu kenapa, Yan?" tanya Amara heran.
Dian berdecak. "Gue males banget dirumah, apalagi malam ini ada acara yang benar-benar gak penting!" ketusnya.
"Acara apa?" sahut Jane.
"Acara ultah kembaran anjing gue,"
"Hah? Yang mana? Emang anjing kamu punya kembaran?" tanya Amara dan diangguki oleh Jane.
Diandra memutar bola matanya malas. "Si Clara"
Jane memukul lengan Diandra agak keras. "Jangan gitu, ogeb, dia itu kembaran lo! Apalagi kalau pacarnya dengar bisa habis lo! Ya, kan Ra?"
Amara mengangguk. "Kalau sampai kak Arthur tau kamu ngejelekin pacarnya, kamu bisa habis ditangannya." ujar Amara yang terdengar seperti lelucon di telinga gadis jutek itu.
"Kakak sepupu lo itu benar-benar nyeremin sih, gue aja tremor kalau dia lewat depan gue," ujar Jane dengan tangan yang kini sebagai tumpuan wajahnya. "Tapi sialnya dia itu ganteng!" pekiknya.
"Prett," ejek Dandra. "Ganteng sih ganteng tapi milihnya malah cewe kayak Clara, si caper itu"
"Kok caper? Clara itu baik loh," bela Amara yang merasa bahwa Clara itu gadis yang baik.
"Hooh, gak mungkin jadi ketua OSIS kalau jahat, caper segala macam."
Diandra membalikkan tubuhnya ke depan. "Jabatan gak menjamin kepribadian seseorang, dia gitu kan demi popularitas, beda kalau dirumah, topeng dia itu terbuka lebar. Dih, jijik gue" ujar Diandra dengan raut jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Teen Fiction(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...