"Bukankah kita hanya sebatas senja dan daratan? Saling melihat tapi tak saling terikat, saling menetap tapi tak saling terikat."
Hy, sweety!
Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini!Thankyou buat 100k nya♥︎♡
Senang banget tauuu🥰🥰🥰😍
Banyakin votenya yah🥰🥰-happy reading-
♡♥︎♡
"Lo tau hal yang membuat gue menyesal?" Diandra berdecih sekali ke tanah. "Saudaraan sama lo! Gue menyesal!" teriak Diandra kemudian berjalan mundur.
"Jaga perkataanmu, Diandra!" bentak Papa Andre.
"Apakah saya peduli?"
"Oh, kamu mulai berani melawan perintahku ya, Diandra?" Papa mengambil ponselnya kemudian menunjukkan di depan wajah Diandra.
Diandra pucat pasi saat melihat Ayahnya mulai memencet ikon panggil dengan nama manager di kontaknya.
"Papa akan memutuskan semuanya, memutuskan karirmu, sebentar lagi."
Clara tersenyum sinis kearah Diandra dengan bersedekap dada. "Mampus lo! Aduh capeknya kuliah modeling malah jadi pengangguran, aduh kasian banget sih."
"Oh ya, di perusahaan tempat gue kerja ada loker tuh, jadi office girl hahaha.." Clara terus tertawa seraya menutup mulutnya.
Diandra hanya terdiam dengan tangan mengepal. "Pa.."
"Apa?" Papa Andre mengangkat alisnya. "Sujud dibawah kaki ku dan Clara sekarang kalau mau karirmu tetap cemerlang, CEPAT!" bentak Papa di akhir kata membuat Diandra tersentak kaget.
Melihat wajah Diandra yang pucat pasi membuat tawa Clara dan Papanya memuncak.
Diandra benar-benar tak habis pikir melihat kedua orang di depannya ini, benarkah ini keluarganya? Kenapa mereka begitu tega padanya. Kenapa?!
Diandra mengusap air mata di pipinya dengan kasar. "Oke!" finalnya.
Ia mulai melemaskan kakinya di bawah kaki Clara yang kini di goyang-goyangkan.
"Langsung bersihin aja tai yang ada di bawah telapak sepatu gue!" perintah Clara disertai tawa yang menggelegar.
Diandra menggeram rendah. Dengan secepat kilat ia menarik kaki Clara kedua-keduanya dengan kasar membuat Clara memekik dan terjatuh menghantam lantai.
"Akhh, sakit!" Clara merasa tubuhnya tidak lama lagi mengalami Stroke kalau begini.
"Apa yang kamu buat, Diandra?!" Papa menarik rambut Diandra membuat wanita cantik itu mendonggak keatas.
"Tidak ada namanya sujud di bawah kaki orang yang derajatnya bahkan lebih rendah dariku!"
Plak
Plak
Diandra memejamkan matanya kesakitan, sementara Clara kini sudah di bawa kedalam oleh para pelayan di rumah mereka.
Diandra menekuk sikunya kemudian menghantamkan sikunya itu ke perut ayahnya dengan keras, sekeras yang ia bisa kemudian menentang kaki pria paruh baya yang masih menarik rambutnya itu.
"Akh!" Papa Andre meringis, Diandra yang melihat keadaan seperti itu langsung berlari pergi dari kediaman itu.
"Anak sialan itu! Lihat saja apa yang akan ku lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Teen Fiction(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...