"Dulu kita pernah sedekat nadi sebelum akhirnya sejauh langit dan bumi."
Hay, sweetyy! 🥰
Saya kembali lagi, terimakasih untuk dukungan kalian semua ygy😭🙏
Terus support aku ya😭🙏
Bantu vote dan komen🥰_Happy Reading_
♡♥︎♡
"Semoga kerjaan lo cepat kelar, bro!" ujar Alex seraya menepuk bahu tegap Arthur.Arthur berdehem pelan. "Gue titip Amara sama anak gue ya, saat gue pulang ke Indonesia nanti, gue pengen semuanya udah beres."
Alex menghela nafas pasrah. "Iya-iya, gue sama anak buah gue bakal urus."
"Gue berangkat."
Arthur memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya. Dibelakang nya ada Edwick yang membawa dia koper.
Pria tampan itu sangat menarik banyak perhatian orang-orang. Parasnya rupawan, kulit putih serta bibir merah menyala menggoda.
Bruk
"Aduhh! What the fuck!" Arthur dan Edwick menghentikan langkahnya saat seorang wanita terjatuh setelah menabrak bahu Arthur.
"Apa kau tak bisa menangkapku saja?! Kau membiarkan ku jatuh dan tertawai hampir semua orang!" seru wanita itu dengan wajah menunduk sehingga Arthur tak mengetahui parasnya.
Wanita itu mendongakkan kepalanya kemudian melotot. "Pria ini sangat tampan seperti pengeran di negeri dongeng! Akhh!"
"Apa kau melihat bahwa aku peduli?" sinis Arthur kemudian berjalan menjauh melewati wanita yang lumayan cantik itu.
"Hey kau! aku butuh pertanggungjawaban mu!" wanita itu terus menutup jalan Arthur membuat Arthur risih dan menggeram marah.
Edwick maju selangkah lalu bertatapan dengan wanita itu. "Tuanku tak ada waktu merespon perkataanmu, kami harus pergi karena tidak ingin mengulur waktu. Memangnya kau meminta bayaran berapa?"
Wanita itu tampak tersinggung mendengarnya. "Aku tidak butuh uang! Aku hanya minta kata maaf dari pria di belakangmu!"
"Gue gak salah, bego!"
♡
♥︎♥︎
Amara bangkit dari tempat tidurnya, membiarkan Al yang kini sudah terlelap di ranjangnya. Amara melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12.30 siang.
Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket.
Lagi-lagi, Amara merenung di bawah shower kemudian terisak kecil. Ia memukul dadanya yang sesak. Ia terus mengingat perkataan Arthur semalam. Apakah benar pria itu sudah mencintainya?
Lama berdiam diri dengan merenung, Amara keluar kamar mandi sudah dengan pakaian yang rapi. Dress Sabrina berwarna maroon yang cukup pas di tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Fiksi Remaja(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...