"Panggil saya dengan sebutan Papa, setidaknya itu sedikit mengurangi rasa bersalah saya."
Maaf lambat UP😭🙏
Aku memang banyak tugas dan sibuk banget🥰Btw, kemarin tanggal 3 aku ultah, ada yang mau ngucapin?
Guys, sekarang mata aku rabun jauh ternyata😭🙏
Apalagi sekarang aku udah gak ada waktu luang lagi, ini aja aku ngetik di sekolah.
Aku gak tega kalian minta UP terus😭🙏 maaf🦩⭐
-Happy reading-
♡♥︎♡
Jakarta, Indonesia.Amara menekukkan kedua kakinya lalu menelusup kan wajahnya pada lipatan kakinya tersebut. Ia duduk di pojok ruangan yang sangat mewah ini.
Setelah di bawa ke Jakarta secara paksa oleh Arthur, Amara bahkan sampai sekarang belum melihat Allarick. Ia sangat mengkhawatirkan putra satu-satunya itu.
Ia tak bisa kabur dari rumah Arthur ini, sama sekali tak akan bisa. Selain penjagaan nya yang ketat, Amara saat ini di tempatkan di lantai teratas. Sangat tak memungkinkan ia meloncat dari balkon.
Dua hari sudah, ia tak mendengar suara Allarick yang merdu dan rengekkannya yang manja. Amara sangat rindu, mengingat itu, air mata Amara kembali meluruh tanpa bisa di cegah.
"Al, maaf mommy gak bisa lakuin apa-apa buat bebasin kamu," lirihnya dengan tatapan kosong. Juga, Dua hari ini ia tak bertemu Arthur lagi. Dan dalam hal itu, Amara sangat bersyukur.
Ceklek..
Tanpa perlu menoleh, Amara sudah tau sosok pelayan masuk dengan membawakan troli berisi berbagai macam makanan enak.
"Nyonya, ini makanan untuk mu," ujar pelayan itu seraya jongkok di depan Amara yang terus menunduk.
"Mari saya bantu agar berbaring di kasur, nyonya dari semalam sudah ada disini, saya khawatir nyonya akan jatuh sakit."
Amara mengangkat wajahnya kemudian menggeleng dengan tatapan kosong, kantung matanya jelas mencetak disana.
Pelayan perempuan itu tersentak kaget, tangannya reflek menyentuh bahu Amara. "Nyonya kurang tidur, ayo saya bantu berdiri."
Amara mengangkat tangannya yang berlapis sweater panjang berwarna pink. Tangan Amara bergerak ke kiri dan kanan. Setelahnya, tangan itu mengipas-ngipas menyuruh keluar.
Pelayan itu tersadar kemudian berdiri. Membungkuk sopan kepada Amara. "Maaf telah lancang, saya permisi."
Sebelum menyentuh gagang pintu, suara Amara membuat pelayan itu berhenti kemudian berbalik.
"Anda tau di mana putra saya?" tanya Amara dengan nada lirih sarat akan kesedihan.
"Tuan kecil Allarick?"
Amara langsung mengangkat kepalanya, kalau pelayan itu tau, berarti Arthur sudah membawa anaknya kemari. "Iya! Dia ada di mana sekarang?!" seru Amara dengan nada antusias. Amara mencoba berdiri, di bantu oleh pelayan tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHARA (TERBIT)
Roman pour Adolescents(END) FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPPY MY STORY, BABE♥ "kak Arthur, aku hamil." "Hm?" "Kakak bakal tanggung jawab, kan?" "Gak mungkin! Minggu depan gue tunangan!" "Apa?" ________ Amara tak mengerti lagi dengan takdir yang diberikan Tuhan untuknya...