ARTHARA 45

9.8K 457 29
                                        

"Masih kah ada diriku yang bertahta di hatimu, sayang? Siap untuk jatuh cinta lagi dengan orang yang sama?"

Part penuh kupu-kupu! 🥰

Jangan lupa vote dan komen 💞💕💖💗💗💘💝💝💝

♡♥︎

"Aku enggak maksa kamu harus jawab sekarang, sih," lanjut Arthur namun masih bertahan pada posisinya. Berlutut di bawah Amara.

Amara tersenyum tipis matanya hanya tertuju kepada Arthur. "Lebih cepat lebih baik, kan?"

Arthur terkejut mendengar ucapan Amara. "Eh?"

"Biar pun aku enggak jawab sekarang tetap aja kita satu atap nanti, dari pada nambah dosa," jelas Amara terlihat berbeda di pandangan Arthur.

"Kamu nerima aku sekarang? Are you kidding me, baby?!" ungkap Arthur tak percaya, ia berdiri menjulang di depan Amara.

"No, I'm not kidding."

Arthur tersenyum haru kemudian tanpa aba-aba ia memeluk Amara erat, menumpukan dagunya pada ceruk leher Amara. "Makasih banyak, ada hal buruk yang aku miliki tapi kamu tetap-"

"Makasih Amara, ma-makasih banyak." ucap Arthur berubah serak dan berat.

Amara tersenyum lalu mengelus rambut Arthur dan ia sadar betul jika pria yang mendekap nya saat ini tengah menangis.

"Sama-sama," singkat Amara.

Arthur tidak mau melepaskan pelukannya selama beberapa menit sampai pria itu merasa tenang dan airmata nya tidak lagi mengalir di bahu Amara.

"Kamu kenapa langsung terima aku dengan mudah? Kenapa, Ra?! Padahal selama ini aku udah jahat, jahat jahat banget! Aku ninggalin kalian, aku jahatin kamu, aku kasarin kamu waktu kamu hamil anak aku, kenapa kamu masih nerima aku, Ra?! Kenapa secepat ini bahkan di saat aku belum berjuang, tidak ada sesuatu yang bisa di banggakan dari pria brengsek seperti aku, tap-tapi kenapa-"

Amara menepuk punggung bergetar milik Arthur. "Udah, gak usah di lanjutin. Aku nerima kamu cuma karena satu hal. Aku cinta sama kamu dari dulu bahkan sampai sekarang. Cinta itu memang aneh bisa buat orang candu bahkan di saat kamu nyakitin aku, buang aku, hempas harga diriku, aku tetap meninggalkan suatu cinta buat kamu, dan aku enggak tahan lagi, ini sakit, perih, sepi kalau kayak gini terus aku juga bisa gila." Amara mengelus rambut belakang Arthur yang kini menatapnya sedalam lautan.

"Aku bodoh banget ya? Bisa-bisanya sia-siain berlian langka kayak kamu gini," tangan kekar Arthur mencubit hidung mungil Amara. "Maaf buat semuanya dan terimakasih sebanyak-banyaknya ibu peri baik hati!"

Amara tertawa mendengarnya, suara tawanya sangat lembut dan merdu. Wajar saja dia, kan anak bungsu paling manja dan paling cengeng.

"Kamu ngucapin hal yang sama berulang kali."

"Yaudah ganti kata deh," canda Arthur seraya tangannya berpindah ke bahu Amara.

"I love u, aku cinta sama kamu, Amara sangat-sangat cinta sehingga aku pengen yang bisa nikmatin kecantikan kamu hanya aku. Bukan Al, bukan kakakmu dan bukan laki-laki lain. Aku enggak bilang ini obsesi tapi aku cuma mau kamu. Itu aja. Luv luv luv ibu peri baik hati!"

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang