ARTHARA 27

14.4K 762 6
                                        

"Aku tak keberatan menunggu lebih lama jika pada akhirnya kau yang di pilih Tuhan di akhir cerita."

Hay, jangan lupa buat vote, komen dan share cerita ini buat teman-teman kalian😻❤

Love u❤
Thank you for 80k readers🏅

-Happy reading-

Mari berteman dengan follow IG saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari berteman dengan follow IG saya. 🥲🪅

♡♥︎♡
Arthur masih setia menopang wajahnya dengan satu tangan dan tangan satunya untuk membelai rambut Amara. Wanita itu tertidur semalam di dadanya, yang artinya wanita itu balas memeluknya. Ia tak tau apakah itu sadar atau tidak.

Padahal jam masih menunjukkan pukul 3 dini hari, tapi Arthur sudah melototkan matanya menatap wajah Amara yang tidak akan ia lihat dua bulan ke depan. Wajah cantik yang sangat elegan bagi Arthur sendiri.

Tangan Arthur turun mengelus pipi Amara. Mengusap pipi itu dengan sangat lembut menggunakan ibu jarinya. "Pipi ini yang pernah gue tampar lima tahun yang lalu," Arthur terkekeh miris membayangkan betapa jahatnya dirinya dahulu di masa lalu. Tidak untuk Amara tapi untuk semua wanita yang berani padanya. Termasuk Diandra sahabat Amara.

Tatapan Arthur turun mengelus tangan mungil Amara yang ada di pinggangnya. "Tangan mulus ini yang pernah gue tarik secara kasar."

"Sorry for all, Amara."

Tatapan Arthur jatuh pada bibir ranum wanita itu yang begitu cerah, secerah buah ceri. Arthur menggelengkan kepalanya. Jangan macam-macam, Arthur!

Arthur mendekatkan wajahnya ke depan wajah Amara, tepat di depan bibir gadis itu, Arthur menundukkan pandangannya. "Akhh!" liriknya kemudian mengangkat kembali wajahnya. Pria tampan itu tampak gusar saat melihat bibir pink menggoda wanita itu.

"Amara, Amara. Tahan, tahan, harus!" kekeuh Arthur meyakinkan diri.

"Lo harus sadar diri kalau Amara itu benci banget sama lo!"

Arthur menutup matanya kemudian membukanya dan langsung  wajahnya berada di depan wajah Amara. "Ahh, sialan! Gue gak tahan, dua bulan gue gak bakal nyicip ni bibir."

Arthur memiringkan wajahnya dengan menahan tekuk Amara lalu mencium sekilas bibir ranum itu. "Maaf." selanjutnya, Arthur melumat bibir bawah wanita itu dengan sangat lembut agar tak membuat Amara terganggu di dalam tidurnya.

♡♥︎♡
05.30 WIB

Arthur menatap pantulan dirinya di cermin yang kini sudah lengkap dengan kemeja berwarna abu-abu  dengan jas hitam panjang sampai pahanya. Dengan celana tisu warna hitam di lengkapi dengan sepatu pantofel hitam yang mengkilap.

ARTHARA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang